BACAAJA, SEMARANG- Kasus tragis di Pemalang bikin warga heboh. Sepasang suami istri (pasutri) ditemukan tewas di atas tumpukan batu. Usut punya usut, ternyata mereka bukan kecelakaan, tapi korban pembunuhan.
Pelakunya bukan orang sembarangan: Iskandar (63), seorang dukun pengganda uang yang punya catatan kriminal panjang. Bayangin aja, tahun 2004 lalu dia udah ngebunuh sembilan orang, masuk penjara di Nusakambangan, dan baru bebas 2019. Eh sekarang kambuh lagi.
Pas dihadirkan polisi di Polda Jateng, Iskandar duduk di kursi roda karena kakinya luka. Wajahnya? Datar aja, kayak nggak ada rasa nyesel sedikit pun.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jateng Kombes Dwi Subagio ngejelasin kalau modus Iskandar masih sama: ngaku bisa gandain uang.
“Modusnya adalah pelaku mengaku bisa menggandakan uangnya karena korban kesulitan ekonomi,” ujar Dwi, Rabu (20/8). Karena janji manisnya nggak ada bukti, korban pun nagih duitnya balik.
Ritual Terakhir
Nah, di sinilah jebakan maut si dukun mulai jalan. Pelaku menyampaikan ke korban ada ritual terakhir, pelaku dan korban ketemu di wilayah Tegal di sebuah warung nasi goreng di depan rumah sakit.
“Pelaku memberikan bungkusan kopi untuk diminum korban di tempat sepi tanpa keramaian, diminum harus tengah malam antara jam 01.00 WIB sampai sebelum subuh,” beber Dwi.
Singkat cerita, pasutri itu nurut. Mereka bawa kopi racun itu ke lokasi, lalu minum bareng. Hasilnya? Tragis. “Korban setelah terima bingkisan berupa minuman kopi itu keluar dan menuju TKP pemecahan batu. Di situ korban minum kopi tersebut yang ternyata dicampur racun jenis apotas,” imbuh Subagio.
Akhirnya polisi turun tangan. Dari hasil penyelidikan, jejaknya balik lagi ke Iskandar, si dukun kambuhan yang ternyata nggak kapok walau udah pernah ngehabisin sembilan nyawa sebelumnya. (bae)