BACAAJA, SEMARANG – Program prioritas Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), lagi jadi sorotan banget ini.
Selain setiap hari ada saja kasus keracunan, hal lain yang disorot adalah potensi korupsi yang gede banget di MBG.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, bilang gak mungkinlah ada korupsi di program MBG. Dadan bilang sistemnya MBG udah dibikin secure banget —bahkan katanya, nggak ada celah buat korupsi.
Namun tak lama kemudian, orang BGN juga, anak buahnya Dadan, ngungkapin celah dan modus-modus korupsi di MBG.
Nah lhooo… siapa nih yang bener? Yuk simak lebih lengkapnya.
Kepala BGN, Dadan Hindayana, bilang semua alur keuangan program ini udah dikunci rapet.
Jadi, kalau ada yang coba-coba main nakal, bakal langsung ketahuan.
“Nggak mungkin ada korupsi di makan bergizi karena kita udah bikin virtual account, yang harus ditandatangani berdua — mitra sama BGN,” kata Dadan di Jakarta, (6/8/2025).
Menurut Dadan, sistem pembayaran di program ini pakai konsep “at cost”, alias berdasarkan pengeluaran real di lapangan.
Semua harga bahan juga wajib ngikutin harga pasar, biar nggak ada yang tiba-tiba “naikin” harga buat keuntungan sendiri.
“Ada beberapa SPPG yang coba mark up, tapi dalam waktu sebentar langsung ketahuan dan langsung diaudit BPKP. Uangnya juga harus dikembalikan,” lanjutnya.
BGN juga ngaku udah siap banget buat mencegah kebocoran anggaran.
Soalnya, uang program MBG nggak numpang dulu di rekening BGN, tapi langsung dikirim dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) ke rekening virtual masing-masing mitra.
“Uangnya nggak disimpan di BGN, tapi langsung dari KPPN ke virtual,” tegas Dadan.
Namun, pernyataan Dadan di atas malah dibantah mentah-mentah sama anak buahnya.
Deputi Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional (BGN), Tigor Pangaribuan, mengungkap ada yang nggak beres pada program MBG —mulai dari laporan keuangan yang nggak sesuai realita sampai pelanggaran SOP dan juknis.
“Masalahnya bukan cuma nggak ngikut SOP, tapi juga nggak kasih laporan keuangan yang bener,” kata Tigor di acara Membangun Ekosistem Pangan dalam Mendukung Program MBG di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Tigor juga cerita, ada kasus di mana tim dapur alias SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) kejebak rayuan pihak ketiga — kayak yayasan atau vendor — buat beli bahan pangan murah demi dapet cuan lebih.
Padahal, sistem MBG udah dibikin superketat pakai virtual account (VA), biar dana nggak bisa diutak-atik sembarangan.
“Yang megang duit ini anak-anak muda umur 26–27 tahun. Bayangin, mereka ngelola dana sampai Rp10 miliar per dapur,” katanya.
Tapi, ya namanya juga dunia nyata — godaan duit emang nggak pernah kecil. Masih ada aja yang tergoda buat main curang.
“Digoda yayasan, katanya: ‘Udah, beli aja bahan jelek, nanti saya kasih selisihnya,’” ungkap Tigor.
Efeknya? Ada SPPG yang akhirnya kejebak harapan bakal dapet tambahan Rp20 juta per bulan, tapi malah ngorbanin kualitas bahan makanan yang harusnya dikonsumsi masyarakat.
“Ada yang udah kami pecat juga. Kasihan sih, tapi integritas itu harus dijaga dari awal,” lanjutnya.
Meski begitu, Tigor wanti-wanti biar publik nggak asal nuduh kalau belum punya bukti kuat.
“Kalau mau bilang ada yang korupsi atau nyalahgunain uang negara, harus ada buktinya. Jangan asal fitnah, apalagi ke anak muda,” tegasnya.
Kata dia, BGN juga telah menghentikan sementara operasional sekitar 40 dapur SPPG yang terbukti melanggar SOP dan juknis.
Adapun, penghentian itu dilakukan sembari melakukan investigasi, termasuk pemberian peringatan keras kepada kepala SPPG.
Nah kan, jangan kepedean bilang gak mungkin ada korupsi dulu pak Dadan, wong faktanya di lapangan banyak yang gak beres. (*)