BACAAJA, JAKARTA – Baru beberapa minggu duduk di kursi Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa langsung bikin gebrakan. Ia menggelontorkan dana segar Rp200 triliun ke lima bank pelat merah (Himbara). Dana ini dibagi rata: Bank Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing dapat Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, dan BSI Rp10 triliun.
Purbaya menjelaskan bahwa alokasi ke BSI memang lebih kecil, namun punya alasan kuat. “BSI kita kasih Rp10 triliun karena jadi satu-satunya akses perbankan di Aceh. Jangan sampai masyarakat di sana ketinggalan,” jelasnya lugas.
Isu Cukai Rokok
Tak berhenti di perbankan, Purbaya juga membuat keputusan berani soal cukai rokok. Dalam pertemuan dengan pengusaha tembakau, ia memastikan tarif cukai tidak naik di tahun 2026.
Awalnya ia sempat berkelakar akan menurunkannya, namun akhirnya sepakat bahwa tarif tetap di posisi sekarang. Langkah ini sontak disambut lega oleh pelaku industri rokok yang selama ini waswas dengan kebijakan kenaikan tahunan.
“Kalau mereka bilang cukup, ya kita ikuti. Jangan sampai industri yang banyak serap tenaga kerja malah goyah,” ujarnya santai.
Buru Penunggak Pajak
Gebrakan lain datang dari sektor perpajakan. Purbaya menarget penagihan kepada 200 penunggak pajak besar yang sudah inkracht. Dari jumlah itu, 84 wajib pajak sudah melunasi kewajiban dengan nilai Rp5,1 triliun.
Masih ada sekitar Rp60 triliun yang harus ditagih. Untuk itu, Purbaya menggandeng Polri, Kejaksaan Agung, KPK, hingga PPATK agar proses penagihan bisa lebih cepat. “Sekarang mereka nggak bisa kabur lagi,” tegasnya.
Tegas Soal Anggaran Kementerian
Tak hanya itu, Purbaya juga memperingatkan kementerian yang serapan anggarannya rendah. Ia menegaskan akan menarik kembali anggaran tersebut jika hingga Oktober tak ada perbaikan.
“Kalau serapan rendah, kita tarik dan geser ke program yang lebih produktif,” kata Purbaya. Menurutnya, uang negara harus benar-benar bermanfaat, bukan hanya parkir di pos anggaran.
Lapor ke Presiden
Rencana penarikan anggaran kementerian ini juga sudah ia laporkan langsung ke Presiden Prabowo Subianto. Langkah ini disebutnya sebagai upaya mempercepat realisasi belanja pemerintah.
Presiden, kata Purbaya, mendukung penuh upaya tersebut. “Pak Presiden jelas minta percepatan. Jangan sampai APBN jadi mandek,” tambahnya.
Gaya Kerja yang Lugas
Sosok Purbaya dikenal lugas dan cepat ambil keputusan. Sejak resmi menggantikan Sri Mulyani, ia rajin blusukan ke lembaga keuangan, sidak, bahkan membuka komunikasi dengan publik lewat media sosial.
Gaya ini bikin publik terkejut sekaligus penasaran. Pasalnya, Kementerian Keuangan selama ini dikenal formal dan penuh perhitungan sebelum mengambil kebijakan.
Kontras dengan Pendahulu
Sri Mulyani yang lebih dari satu dekade memimpin Kemenkeu dikenal detail, berhati-hati, dan selalu menekankan stabilitas. Purbaya hadir dengan pendekatan berbeda: cepat, berani, dan tak segan membuat keputusan yang bikin geger.
Perbedaan gaya inilah yang membuat publik menyoroti setiap langkahnya. “Saya hanya ingin anggaran negara benar-benar bekerja,” ucapnya singkat.
Jadi Sorotan Publik
Baru sebulan menjabat, Purbaya sudah jadi headline di banyak media. Dari dana triliunan ke Himbara, isu cukai rokok, hingga ancaman tarik anggaran kementerian, semua jadi bahan perbincangan hangat.
Publik kini menunggu, apakah gebrakan ini bisa membawa perubahan nyata atau hanya “polah” pejabat baru yang penuh gimik.
Menanti Konsistensi
Meski langkah awalnya bikin heboh, tantangan sesungguhnya ada pada konsistensi. Apakah Purbaya bisa mempertahankan ritme kerja cepat ini, atau akan melambat ketika birokrasi mulai menghambat?
Waktu akan membuktikan. Untuk sekarang, gaya barunya sudah cukup membuat nama Purbaya Yudhi Sadewa jadi bahan obrolan nasional. (*)