BACAAJA, SEMARANG- Dewi Kusumanita mestinya ngurus kredit nasabah. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Pegawai BNI Semarang itu dinilai sekongkol dengan broker untuk menggelapkan kredit.
Akibat ulahnya, negara tekor sampai Rp15,9 miliar. Jaksa bilang, Dewi nggak cuma ceroboh, tapi juga ikut menikmati hasilnya. “Menghukum terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 5 tahun dan 6 bulan, dikurangi selama terdakwa dalam tahanan,” kata Jaksa Jehan Nurul Azhar di Pengadilan Tipikor Semarang, Senin (13/10).
Jaksa juga menuntut Dewi bayar denda Rp500 juta. Kalau nggak dibayar, hukumannya nambah tiga bulan kurungan. Belum cukup di situ. Dewi diminta ganti rugi Rp740 juta. Kalau tetap nggak dibayar, harta bendanya disita. Kalau hartanya nggak cukup, ya siap-siap tambah hukuman 2 tahun 9 bulan.
Jaksa dari Kejari Kota Semarang menilai perbuatan Dewi masuk pasal 2 ayat (1) UU Tipikor. Ia dianggap menyalahgunakan kewenangan dan merugikan keuangan negara.
Dewi bukan pegawai sembarangan. Ia analis kredit di BNI Sentra Kredit Kecil (SKC) Semarang, unit yang fokus bantu pelaku usaha kecil dan menengah. Tapi di tangan Dewi, sistem itu malah diselewengkan.
Broker Kredit
Kejadian itu berlangsung antara tahun 2020 sampai 2021. Selama periode itu, Dewi kerja bareng Mujiyanti alias Cik Mel, seorang broker kredit. Mereka mencari debitur fiktif dan mengajukan pinjaman. Nilainya antara Rp300 juta sampai Rp1 miliar per orang. Total ada 32 kredit yang berhasil cair.
Masalahnya, semua kredit itu macet. Tak ada cicilan yang berjalan lancar. Uangnya keburu lenyap entah ke mana. Audit menunjukkan total kerugian negara Rp15,9 miliar. Meski begitu, sekitar Rp8,9 miliar disebut sudah sempat dibayar dalam bentuk angsuran pokok.
Uang hasil permainan itu sebagian besar dikuasai Cik Mel. Tapi Dewi juga kecipratan. Jaksa menemukan dia sempat membangun rumah dari hasil itu, senilai sekitar Rp740 juta. (bae)