Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Pertemuan Jokowi–Prabowo: Silaturahmi, Gimmick atau Sinyal Politik?
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Opini

Pertemuan Jokowi–Prabowo: Silaturahmi, Gimmick atau Sinyal Politik?

Pertemuan Jokowi dan Prabowo di Kertanegara bukan sekadar silaturahmi biasa. Di balik senyum dan foto bareng, tersimpan simbol politik, potensi strategi kekuasaan, dan ruang spekulasi besar. Publik berharap ini bukan sekadar panggung pencitraan, tapi langkah nyata untuk bangsa yang lebih solid dan transparan.

baniabbasy
Last updated: Oktober 7, 2025 9:27 am
By baniabbasy
5 Min Read
Share
Kedatangan Jokowi ke kediaman Presiden Prabowo pada Sabtu, 4 Oktober 2025 membuat publik bertanya-tanya. ada apa gerangan sang mantan presiden itu menemui presiden?
Kedatangan Jokowi ke kediaman Presiden Prabowo pada Sabtu, 4 Oktober 2025 membuat publik bertanya-tanya. ada apa gerangan sang mantan presiden itu menemui presiden?
SHARE

SABTU siang, 4 Oktober 2025, suasana Kertanegara mendadak ramai. Mobil kepresidenan berhenti di depan rumah Prabowo Subianto. Dari dalamnya keluar sosok yang sudah lama jadi perhatian publik—Joko Widodo. Dua tokoh besar, dua presiden Indonesia, duduk bareng selama dua jam. Katanya sih, cuma “silaturahmi dan bahas masalah kebangsaan.” Tapi, serius cuma itu?

Contents
Ada Apa di Balik Pintu Kertanegara?Publik Makin PenasaranPublik Punya Hak untuk Tahu

Publik langsung heboh. Grup WhatsApp politik rame, media sosial panas, dan para analis mulai menebak-nebak: ini momen politik biasa atau langkah strategis menjelang babak baru kekuasaan?

Dari sisi simbolis, pertemuan ini bisa dibilang keren. Bayangin, dua tokoh yang dulu sempat bersaing keras di Pilpres, sekarang duduk bareng di ruang tamu. Ini bisa jadi pesan kuat buat publik bahwa politik nggak selalu harus keras kepala. Ada semangat rekonsiliasi dan kesinambungan.

Tapi di sisi lain, kita tahu: politik Indonesia jarang benar-benar “tanpa makna”. Ada aja lapisan makna di balik setiap gestur. Bisa jadi, ini juga sinyal buat para elite dan partai, bahwa hubungan Jokowi dan Prabowo masih erat. Publik bisa lihat ini sebagai bukti bahwa “transisi kekuasaan” berjalan mulus, tapi skeptis bisa aja bilang, “ini sih setting-an politik.”

Ada Apa di Balik Pintu Kertanegara?

Kalau mau jujur, wajar banget kalau banyak yang curiga pertemuan ini bukan sekadar nostalgia dua sahabat lama. Ada beberapa kemungkinan besar.

Pertama, Jokowi mungkin memberi masukan strategis buat pemerintahan Prabowo. Sebagai mantan presiden dua periode, Jokowi punya pengalaman dan pengaruh politik yang nggak bisa diremehkan. Kedua, ini bisa jadi momen legitimasi. Jokowi seolah bilang ke publik: “Yes, saya dukung Prabowo.”

Ketiga, bisa aja ini manuver untuk menenangkan suhu politik dalam koalisi. Karena jujur, di belakang panggung politik, gesekan antarpartai itu nyata banget. Silaturahmi seperti ini bisa jadi “pendingin mesin politik.”

Dan terakhir—nggak kalah penting—ini juga bisa jadi langkah branding dua arah. Prabowo terlihat terbuka dan santai menerima masukan, sementara Jokowi tetap tampil sebagai figur bijak yang “ikut mengawal bangsa.”

Publik Makin Penasaran

Masalahnya, pertemuan yang terlalu “rahasia” malah bikin publik makin penasaran. Istana cuma bilang topiknya seputar “masalah kebangsaan dan masukan ke depan.” Lah, maksudnya apa tuh? Pembangunan? Pertahanan? Ekonomi? Atau mungkin soal politik jelang kontestasi berikutnya?

Kekaburan ini bikin ruang spekulasi terbuka lebar. Bagi sebagian orang, ini terkesan seperti langkah politik yang disamarkan dengan label “silaturahmi.” Di era keterbukaan informasi kayak sekarang, publik tentu berharap ada transparansi lebih. Kalau memang niatnya murni membahas masa depan bangsa, kenapa nggak sekalian disampaikan isinya?

Selain itu, ada risiko persepsi kekuasaan yang timpang. Jokowi memang bukan presiden aktif lagi, tapi pengaruhnya masih kuat banget. Jadi, kalau pertemuan ini dianggap terlalu berpihak ke Prabowo, bisa muncul tuduhan “politik bayangan” dari belakang layar.

Dan jangan lupa, ekspektasi publik juga tinggi. Kalau dari pertemuan sebesar ini hasilnya cuma foto dan senyum, tanpa tindak lanjut nyata, ya siap-siap aja publik merasa ini cuma simbolik tanpa dampak.

Dari sisi strategis, pertemuan ini jelas mengirimkan sinyal stabilitas. Hubungan Jokowi–Prabowo yang cair bisa bikin elite politik lebih tenang dan koalisi pemerintahan makin solid. Tapi di sisi lain, ini juga bisa menekan oposisi yang mulai kehilangan ruang narasi.

Elite lain pun pasti sedang menghitung ulang langkah. Siapa yang akan mendekat, siapa yang harus jaga jarak. Karena di politik, kedekatan dua tokoh besar bisa mengubah peta kekuasaan dengan cepat.

Bagi publik, mungkin harapan terbesar dari pertemuan ini sederhana: semoga beneran ada kolaborasi nyata buat bangsa. Bukan cuma basa-basi politik atau ajang pencitraan. Rakyat pengin lihat hasil—bukan sekadar pertemuan dua jam di rumah mewah Kertanegara.

Publik Punya Hak untuk Tahu

Pertemuan dua presiden ini bisa dibaca sebagai simbol persatuan nasional. Tapi tetap, publik harus kritis. Di negara demokratis, politik nggak boleh berjalan di balik tirai. Pertemuan sebesar ini seharusnya diikuti transparansi: apa dibahas, apa hasilnya, dan ke mana arahnya.

Kalau semua diklaim demi bangsa, ya tunjukkan hasilnya buat rakyat.

Pertemuan Jokowi dengan Prabowo di kediaman Prabowo membawa sejumlah dimensi: simbolis, strategis, politis, dan juga berpotensi kontroversial. Dari sisi simbol, pertemuan ini bisa memperkuat narasi persatuan dan kesinambungan negara. Dari sisi politik praktis, ini bisa menjadi sarana lobi, konsultasi strategis, dan penguatan legitimasi. Namun, ambiguitas mengenai isi pembicaraan dan kurangnya transparansi membuka ruang keraguan tentang motif sesungguhnya.

Secara kritis, langkah seperti ini menuntut agar publik dan media tetap skeptis: mendorong agar isi pembicaraan diungkap, agar potensi konflik kepentingan tidak tersembunyi, dan agar langkah-langkah selanjutnya bisa dievaluasi berdasarkan aksi nyata, bukan sekadar retorika.(*)

You Might Also Like

RUU Danantara: Jurus Baru DPR untuk Rapikan Tata Kelola BUMN, Siap Masuk Prolegnas 2026

Dari Makan Bergizi Gratis ke Makan Beracun Gratis: Menu Baru dari Dapur Kekuasaan

Naikin Gaji ASN, Prabowo Main Aman atau Efisien?

Ribuan Pramuka Tumpah Ruah di Gunungpati, Luthfi Dorong Kolaborasi Bangun Ketahanan Bangsa

Pidato Berapi-api di PBB: Momentum Emas atau Janji Manis Prabowo di Panggung Dunia?

TAGGED:bacaajabacaaja.coIsi Pertemuan Prabowo JokowiJokowi ketemu Prabowo di KertanegaraJokowi-PrabowoopiniPrabowo-Jokowi
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Desa Tersono Batang Naik Level: Sampah Jadi Berkah, Gubernur Jateng Kasih Jempol
Next Article Inflasi di Jawa Tengah dipicu lima komoditas utama seperti cabai merah dan ayam ras. Gubernur Ahmad Luthfi membuat program guna menekan laju inflasi lewat Gerakan Petani Peduli Inflasi dan Gerakan Pangan Murah. Menurutnya, pengendalian inflasi harus dilakukan dari hulu melalui kolaborasi petani dan pemerintah. Inflasi Jateng: Dari Cabai Pedas sampai Emas, Tantangan dan Harapan di Tangan Luthfi–Yasin

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Agustina Tanam Batu, Nyalain Ekonomi Rakyat

Bos-Bos Tionghoa Diminta Gas Ekonomi Jateng

Duit Seret, Semangat Tetep Ngegas

Korupsi, Tiga Doktor UGM Bakal Diadili di Semarang

Bedah buku di Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, DIY, dalam rangaka mengenang sosok KH Imam Aziz.

100 Hari Wafatnya KH Imam Aziz: Mengenang Sosok Kiai Rakyat

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Daerah

Pansus Hak Angket DPRD Pati Gandeng Pakar Hukum, Siap “Kupas” Kebijakan Bupati

Agustus 25, 2025
Gubernur Ahmad Lutfhi saat memberikan sambutan di depan ribuan peserta tim mitra SPPG se-Jateng di Gor Jatidiri Semarang, Senin (6/10/2025). Foto: dok/humas/bae
Daerah

Gubernur Luthfi Soal MBG: “Nggak Cuma Kenyang, Tapi Aman!”

Oktober 7, 2025
Unik

AHY & Ahmad Luthfi Ikut Cukur Rambut Gimbal, Dieng Culture Festival Bikin Wisatawan Terpukau

Agustus 25, 2025
Nadiem Makarim, pendiri Gojek yang sukses, beralih ke dunia politik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, setelah menjual sahamnya di Gojek dan terlibat dalam kasus korupsi pengadaan laptop Chromebook, ia ditahan oleh Kejaksaan Agung. Kasus ini menyoroti pentingnya integritas dan transparansi dalam dunia politik dan bisnis.
Unik

Dari Gojek ke Penjara: Jejak Nadiem Makarim yang Menggugah Kesadaran Generasi Muda

September 5, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Pertemuan Jokowi–Prabowo: Silaturahmi, Gimmick atau Sinyal Politik?
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?