BACAAJA, SEMARANG – Tenaga medis RSI Sultan Agung Semarang menangis ketakutan saat keluarga pasien yang merupakan seorang dosen Unissula ngamuk dan mengancam akan membakar rumah sakit.
Pasien ‘pripritas’ tersebut berlagak kayak ‘sultan’, yang seoalah semua harus tunduk sama kemauan dia.
Video kekerasan terhadap dokter itu viral, dan kini giliran Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah yang angkat suara.
Ketua IDI Jateng, Dr. Telogo Wismo Agung Durmanto, menegaskan organisasinya akan membela tenaga medis yang terlibat.
Menurutnya, dokter dan perawat datang ke rumah sakit untuk menolong, bukan untuk diintimidasi.
“Masyarakat seharusnya bisa menahan diri. Datang ke rumah sakit itu kan minta tolong, kenapa yang dimintai tolong malah dianiaya?” kritiknya, Senin (8/9/2025).
Telogo mengaku prihatin dengan kejadian ini. Apalagi, tenaga medis yang jadi korban jelas mengalami tekanan berat. Kalau peristiwa semacam ini dibiarkan, ia khawatir banyak tenaga kesehatan jadi trauma bahkan takut ketika bertugas.
“Kalau melihat videonya sampai ada yang menjerit, jelas itu menimbulkan rasa waswas,” tambahnya.
Meski kasus ini awalnya disebut internal rumah sakit, IDI memastikan tidak akan lepas tangan. Mereka sudah menugaskan tim untuk mendalami kasus, termasuk kemungkinan melangkah ke jalur hukum.
“Karena dokter yang bersangkutan anggota IDI, kami wajib membela,” tegasnya.
Harapannya, persoalan bisa diselesaikan dengan cara yang adil tanpa merugikan salah satu pihak. Tapi kalau damai yang dimaksud cuma sekadar formalitas, IDI sudah siap turun langsung ke arena hukum.
“Kalau memang harus berproses, IDI akan mendampingi. Itu kewajiban kami,” ujarnya.
Kini, laporan resmi sudah masuk ke sidang komite medik. Artinya, kasus intimidasi tenaga medis di RSI Sultan Agung belum benar-benar selesai. Kalau kampus mungkin merasa masalah sudah damai, IDI jelas punya sikap lain: tenaga medis harus dilindungi. (bae)