Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Mardiono vs Agus Suparmanto, Drama Faksi PPP yang Tak Pernah Usai
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Opini

Mardiono vs Agus Suparmanto, Drama Faksi PPP yang Tak Pernah Usai

PPP kembali terjebak drama dualisme kepemimpinan pasca-Muktamar X di Ancol. Muhamad Mardiono dan Agus Suparmanto sama-sama klaim terpilih sebagai ketua umum. Konflik ini menegaskan pola lama PPP: faksionalisme yang terus berulang dan berpotensi melemahkan daya tawar politik mereka jelang Pemilu 2029.

baniabbasy
Last updated: September 28, 2025 11:57 pm
By baniabbasy
4 Min Read
Share
Gus Yasin dan Romy Rohmahurmuzi memberikan keterengan kepada awak media seusai Muktamar PPP X di Ancol Jakarta. Seperti Muktamar sebelumnya, Muktamar PPP tahun ini juga diwarnahi dengan perpecahan antar kader. Hasilnya, dua kubu salim klaim kemenangan melalui jalur aklamasi partai. Baik kubu incumben Mardionao maupun kubu Agus Suparmanto. Foto: dok.
Gus Yasin dan Romy Rohmahurmuzi memberikan keterengan kepada awak media seusai Muktamar PPP X di Ancol Jakarta. Seperti Muktamar sebelumnya, Muktamar PPP tahun ini juga diwarnahi dengan perpecahan antar kader. Hasilnya, dua kubu salim klaim kemenangan melalui jalur aklamasi partai. Baik kubu incumben Mardionao maupun kubu Agus Suparmanto. Foto: dok.
SHARE

PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP) tampaknya punya “kutukan sejarah” yang sulit dihindari: selalu pecah di setiap momentum krusial. Dari awal berdirinya pada 1973, partai ini sudah membawa potensi konflik internal. Bayangkan saja, PPP lahir dari kawin paksa empat partai Islam dengan kultur berbeda: NU, PARMUSI, PSII, dan PERTI. Dari titik awal itu, faksionalisme jadi semacam DNA politik mereka.

Pasca-Reformasi, bukannya makin cair, persaingan justru semakin keras. Kebebasan politik membuka ruang bagi ulama daerah, politisi birokrat, hingga patron bisnis untuk membentuk porosnya masing-masing. Bagi PPP, perbedaan ideologi versus pragmatisme elit birokratik jadi jurang permanen. Inilah kenapa hampir setiap muktamar selalu melahirkan kisah klasik: siapa ketua umum yang sah?

Dan benar saja, Muktamar X di Ancol, 27 September 2025, kembali menampilkan drama yang sama. Pimpinan sidang di satu sesi menyebut Muhamad Mardiono terpilih secara aklamasi. Ketuk palu, tepuk tangan, selesai—setidaknya di panggung itu.

Namun di panggung lain, Agus Suparmanto bersama pendukungnya juga mengklaim kemenangan. Bahkan ada tasyakuran segala. Hasilnya? Bukan euforia demokrasi internal, melainkan dualisme kepemimpinan ala sinetron politik yang terus berulang.

Bergantung SK Kemenkumham

Pertanyaannya: kenapa PPP gampang banget terjebak dalam dual claim? Pertama, karena mekanisme muktamar yang sering bergejolak. Begitu sidang ricuh, kubu yang pegang palu bisa langsung tutup sidang dan deklarasi aklamasi. Kubu lain tinggal bikin versi sendiri.

Kedua, karena finalitas kepemimpinan di PPP selalu bergantung pada SK Kemenkumham. Siapa yang lebih cepat mendaftarkan, biasanya unggul duluan di atas kertas, meski belum tentu menang di lapangan politik.

Implikasinya serius. Kalau kedua kubu benar-benar mendaftarkan kepengurusan, kita akan menyaksikan sengketa hukum yang panjang. Di sisi lain, basis kader dan pemilih Islam tradisional malah bisa kabur karena bingung harus ikut siapa. Koalisi pun bakal males bernegosiasi dengan PPP kalau nggak jelas siapa juru bicaranya.

Lalu, apa kemungkinan ke depan? Ada tiga skenario. Pertama, penyelesaian internal lewat mediasi para senior partai atau tokoh ulama. Kedua, tarik-menarik di ranah hukum dan administrasi yang bisa makan waktu berbulan-bulan. Ketiga, yang paling berbahaya, PPP hidup dengan dua struktur paralel: satu diakui negara, satu diakui basis. Kalau yang ini kejadian, jangan harap partai bisa solid menghadapi Pemilu 2029.

Berjuang Melawan Diri Sendiri

Yang harus kita pantau dalam dua minggu ke depan adalah siapa yang lebih dulu mendaftarkan kepengurusan ke Kemenkumham, bagaimana sikap tokoh senior seperti Romahurmuziy, dan respon DPW/DPC di daerah. Kalau mayoritas DPW condong ke satu kubu, pertarungan bisa cepat selesai. Tapi kalau terbelah rata, siap-siap drama panjang.

Buat kader PPP, pelajaran terpentingnya jelas: dokumentasikan proses, dorong transparansi, dan jangan jadikan AD/ART sebagai senjata tafsir sepihak. Buat pengamat politik, jangan buru-buru menyimpulkan siapa pemenang sebelum ada SK Kemenkumham. Dan buat partai-partai lain, sebaiknya jangan terlalu cepat menggandeng PPP dalam koalisi, kecuali siap menghadapi risiko punya mitra yang kepemimpinannya masih abu-abu.

Pada akhirnya, PPP sedang berjuang melawan dirinya sendiri. Pertanyaannya, apakah partai ini bisa lepas dari kutukan sejarah faksionalisme? Atau justru akan terus menjadi contoh klasik bagaimana politik Islam di Indonesia sering kali lebih sibuk bertarung soal kursi ketua, ketimbang memikirkan basis umat yang mereka klaim wakili?(*)

Mardiono, inkumben Ketua Umum PPP yang dalam Muktamar PPP X tahun 2025 ini, lebih dulu mengklaim sebagai Ketua Umum terpilih secara aklamasi sebelum akhirnya, kubu Agus Suparmanto juga mengklaim kemenangan serupa. Foto: dok.
Mardiono, inkumben Ketua Umum PPP yang dalam Muktamar PPP X tahun 2025 ini, lebih dulu mengklaim sebagai Ketua Umum terpilih secara aklamasi sebelum akhirnya, kubu Agus Suparmanto juga mengklaim kemenangan serupa. Foto: dok.

You Might Also Like

Prabowo di Pidato Kenegaraan: Naikin Gaji Hakim, Bongkar Korupsi, sampai Bikin Beras Surplus

Sindikat Penjualan Bayi ke Singapura Patok Harga Satu Anak Bayi Rp 11 – 16 Juta

Fix! Inosentius Samsul Disetujui Jadi Hakim MK Gantikan Arief Hidayat

Bukti MBG Dikelola Serampangan? Anak SD Kalbar Keracunan setelah Santap Menu Hiu Goreng

Geger Deepfake AI SMAN 11 Semarang: Chiko Bikin Konten Bokis Mengerikan

TAGGED:Agus Suparmantogus yasinheadlineMardionoMuktamar PPP memanasMuktamar PPP X
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Rahasia Bikin Bakwan Tetap Renyah, Nggak Keras dan Bebas Minyak Berlebih
Next Article Muktamar X PPP tahun 2025 diwarnai kericuhan dan klaim saling menang antar dua kubu. Kader bingung, partai pun kian terjebak dalam faksionalisme lama. Muktamar PPP X Berubah Jadi Arena Saling Klaim

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Korupsi, Tiga Doktor UGM Bakal Diadili di Semarang

Bedah buku di Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, DIY, dalam rangaka mengenang sosok KH Imam Aziz.

100 Hari Wafatnya KH Imam Aziz: Mengenang Sosok Kiai Rakyat

Ilustrasi siswa SMK.

Nunggak SPP, Siswa SMK Beprestasi di Purworejo Dipaksa Mundur

Warga Semarang Patungan Kebaikan, PMI Kantongi Rp3,2 Miliar!

PWI Jateng Ganti Nahkoda, Tanpa Ribut-Ribut

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Ketua DPR RI Puan Maharani.
Unik

Pidato Puan: Negara Konoha, One Piece, dan Ironi Demokrasi Kita

Agustus 19, 2025
Daerah

Food Waste Tembus Rp 2,4 T, Wali Kota Luncurin “Srikandi Pangan” Biar Makanan Nggak Mubazir

Agustus 21, 2025
Daerah

PLTSa Jatibarang, Impian Besar yang Tumbang Gara-Gara Gas Seret

Oktober 2, 2025
Kericuhan berdarah mewarnai ceramah Rizieq Shihab di Pemalang, Jawa Tengah, Kamis (24/7/2025) dini hari.
Daerah

Bentrok Berdarah Ceramah Rizieq Shihab di Pemalang, Polda Jateng Ungkap Hal Ini

Juli 24, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Mardiono vs Agus Suparmanto, Drama Faksi PPP yang Tak Pernah Usai
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?