BACAAJA.CO, SEMARANG- Pemkot Semarang lagi pasang target ambisius: angka kemiskinan yang sekarang di 3,3 persen harus turun jadi 2,9 persen pada 2030. Nggak gampang, tapi Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti yakin, asal semua pihak turun tangan bareng-bareng, target itu bisa dikejar.
“Pemkot nggak bisa kerja sendirian. Akademisi, sektor swasta, dan masyarakat harus ikut bantu,” kata Agustina usai buka Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di Hotel UTC, Kamis (23/10).
Salah satu jurus andalan Pemkot buat nurunin angka kemiskinan: dorong ekonomi lewat UMKM. Bukan cuma disuruh kreatif, tapi juga didukung biar dagangan mereka laku. “Pelaku UMKM itu harus dibantu. Caranya sederhana, ya dibeli produknya,” ucap Agustina.
Nggak cuma teori, lewat rakor itu juga bakal ada kajian dari akademisi yang bisa dijadiin bahan kebijakan. Soalnya, kata Agustina, masalah kemiskinan di Semarang nggak cuma soal pendapatan, tapi juga soal wilayah yang kurang punya daya tumbuh ekonomi kayak di Kecamatan Semarang Utara.
Dipengaruhi Lingkungan
Senada, Pj Sekda Kota Semarang, Budi Prakosa bilang, penyebab kemiskinan di beberapa titik dipengaruhi kondisi lingkungan yang rentan, misalnya genangan di Semarang Utara dan Gayamsari. “Ada 13 program intervensi, mulai dari perbaikan infrastruktur, sanitasi, permodalan, sampai peningkatan SDM,” jelasnya.
Budi yang juga Kepala Bappeda ini nyebut, banyak potensi ekonomi lokal yang sebenarnya bisa di-upgrade buat jadi mesin penggerak ekonomi warga. Misalnya sentra pengasapan ikan di Semarang Utara, pengelolaan sampah di Jomblang Candisari, dan jajanan pasar di Bangetayu Genuk.
Selain ekonomi, sektor kesehatan juga ikut nyentuh wilayah miskin. Dinas Kesehatan udah bikin peta risiko 14 penyakit di tiap RW buat mempermudah langkah pencegahan. “Intinya, kolaborasi lintas sektor harus jalan. Dari kesehatan sampai ekonomi, semua harus disinergikan biar angka kemiskinan bener-bener turun,” tegas Budi. (tebe)


