NARAKITA, JEPARA- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kian menunjukkan hasil konkret. Hingga awal Agustus 2025, sebanyak 322 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi aktif di berbagai daerah.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan bahwa capaian ini menjadikan Jateng sebagai barometer nasional dalam pelaksanaan program MBG. “Bahkan saat ini Jateng berada di urutan kedua secara nasional,” kata Luthfi usai meresmikan dapur SPPG At-Taqwa di Dukuh Karangnongko, Desa Ndaren, Nalumsari, Jepara.
Program MBG merupakan bagian dari kebijakan nasional untuk meningkatkan gizi pelajar sekolah dasar dan menengah. Setiap kabupaten/kota didorong untuk menyediakan setidaknya lima dapur MBG. Di Jawa Tengah, pemerintah menargetkan pembangunan 3.100 dapur, dan saat ini masih dalam proses verifikasi untuk sisanya.
Gubernur juga memberikan apresiasi kepada Yayasan At-Taqwa yang mendirikan dapur MBG di wilayah terpencil. Langkah tersebut dinilai sebagai inovasi luar biasa dalam mendekatkan akses gizi sehat ke anak-anak yang tinggal jauh dari pusat kota. Yayasan ini saat ini dipimpin oleh Wakil Bupati Kudus, Bellinda Putri.
Model Kolaborasi
“Model kolaborasi seperti ini penting untuk direplikasi. Kami berharap semakin banyak yayasan maupun lembaga yang berkontribusi dalam menyukseskan MBG,” ujarnya.
Kabupaten Jepara sendiri menjadi daerah yang menonjol dalam implementasi program ini. Hingga kini, tujuh dapur telah resmi beroperasi, dari total 24 yang sedang dibangun. Bahkan, Bupati Jepara Witiarso Utomo menyatakan pihaknya telah menyiapkan lima lahan tambahan untuk pembangunan dapur gizi, yang nantinya akan dikelola oleh pihak ketiga.
“Dukungan lintas sektor, dari yayasan hingga swasta, menjadi bukti kuatnya komitmen Jepara dalam mencetak generasi sehat dan berkualitas melalui program MBG,” kata Witiarso.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, Pemprov Jateng menargetkan seluruh kabupaten/kota dapat mempercepat realisasi dapur MBG dan menjadikan program ini sebagai fondasi dalam pengembangan sumber daya manusia sejak usia sekolah. (*)