BACAAJA, SEMARANG – Kematian mahasiswa Fakultas Hukum Unnes, Iko Juliant Junior (19), makin penuh tanda tanya. Bukannya terang, kasus ini justru tambah gelap setelah muncul kabar perubahan lokasi kecelakaan.
Dari awal disebut terjadi di Jalan Dokter Cipto, eh belakangan polisi memastikam TKP kecelakaan di Jalan Veteran.
Peneliti Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol) Indonesia, Andy Suryadi, ikut menyoroti. Menurutnya, perubahan cerita soal TKP justru mempertebal aroma kejanggalan.
“Adanya revisi TKP kecelakaan yang sempat disampaikan tentu akan dirasa makin janggal oleh publik. Ini menunjukkan ketidaktelitian sebelum melemparkan statemen yang sebenarnya sangat penting,” tegasnya, Rabu (3/9/2025).
Kata Andy, adanya perubahan TKP semakin membuat polisi harus bisa membukti dengan bukti tak terbantahkan bahwa memang lokasi kecelakaan Iko Juliant Junior benar-benar di Jl Vetaran.
“Ini memang banyak kejanggalan, ya harus diusut tuntas dan transparan,” ujarnya.
Andy menilai, sejak awal narasi kecelakaan sudah bikin dahi berkerut. Kalau memang benar terjadi kecelakaan, kenapa korban malah jatuh ke tangan aparat, bukan warga sipil yang biasanya langsung nolong?
“Misal bukti CCTV dan siapa pelapor atau pengantar ke rumah sakit. Betulkah dia bukan orang yang paham area Semarang sehingga salah identifikasi nama jalan. Jangan-jangan jika bukti kurang kuat dan terbantahkan, nanti malah ada perubahan lagi,” imbuhnya.
Lalu kenapa ada jeda waktu berjam-jam sebelum korban akhirnya dibawa ke rumah sakit? Selama jeda itu, siapa yang sebenarnya menguasai korban?
Yang bikin publik makin sangsi, beredar kabar korban dibawa ke RS oleh anggota Brimob. Kalau betul, makin aneh lagi. Brimob kok bisa-bisanya jadi pihak yang “mengantar korban kecelakaan”?
Logikanya, korban langsung ditangani medis. Kalau pun Iko dianggap terlibat aksi demo, prosedurnya jelas: dibawa ke unit kriminal, bukan dipegang Brimob.
Tambahan kejanggalan lain berupa keterangan medis soal penyebab kematian belum juga dibuka transparan. Andy mendesak, hasil analisis dokter independen harus ditampilkan ke publik supaya tidak menimbulkan prasangka liar.
Apalagi, masih ada korban lain yang sekarang dirawat di rumah sakit, saksi hidup yang jadi kunci penting kasus ini.
Situasi memang sudah agak reda, tapi Andy wanti-wanti agar aparat tak bikin blunder yang justru memanaskan suasana.
Ia bahkan menyarankan polisi mengambil langkah adem dengan membebaskan demonstran yang ditangkap tapi tidak terbukti melakukan tindak kriminal berat. (bae)