BACAAJA, SEMARANG – Hari itu Yogyakarta International Airport (YIA) tampak sibuk seperti biasa. Penumpang hilir mudik. Tapi ada yang beda. Barang bawaan penumpang tak hanya dicek petugas bandara, tapi juga oleh tim bea cukai.
Elisabeth Dea Nathania bagian dari tim yang turut melakukan pemeriksaan. Perempuan yang akrab disapa Eldea itu bukan petugas bea cukai biasa. Ia adalah pawang anjing di Unit K9 Bea Cukai Jawa Tengah-DIY.
Dalam bertugas, Eldea selalu membersamai Ruth, seekor anjing labrador pelacak narkotika.
Akhir Juni 2025 menjadi momen yang membekas. Upaya menyisir barang-barang mencurigakan, membuahkan hasil. Tim bea cukai berhasil membongkar penyelundupan narkotika jenis metamfetamin di bandara.
“Itu pengalaman pertama berhasil menggagalkan penyelundupan narkotika,” ceritanya saat podcast bersama bacaajadotco.
Pekerjaan Eldea memang tak biasa. Ia berjibaku dengan anjing, menunaikan tugas yang tak mudah. Hampir tiap hari ia turun ke berbagai lokasi. Lokasi yang berpotensi jadi pintu masuk barang terlarang.
Aktivitas itu ia nikmati. Tujuh tahun tak terasa jadi pawang anjing. Emang dasarnya Eldea suka anjing. Sejak TK, ia sudah belajar ngurusin anjing. Bahkan anjing ia anggap jadi teman akrab yang ngerti perasaan.
“Anjing itu pinter, bisa ngerti kalau saya lagi cerita, lagi sedih, mereka kaya punya perasaan juga. Di situ saya merasa punya temen,” kenangnya.
Eldea dulu menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Setelah lulus pada 2016, ia sempat menjadi pegawai biasa. Lalu melamar jadi pawang anjing.
Tesnya ketat. Mulai administrasi, psikotes, wawancara, hingga tes fisik. Dari 50 peserta, hanya 10 sampai tahap diklat. Eldea termasuk yang lolos, dan sejak awal ia satu-satunya perempuan.
Bekerja di dunia yang didominasi laki-laki tak membuat Eldea minder. Justru sebaliknya. “Saya gak pernah merasakan menyesal. Aaya merasa saya unik. Dan saya mendapatkan banyak manfaat dari situ,” ucapnya.
Ia bahkan sempat melontarkan perbandingan yang bikin tertawa. Menangani anjing lebih mudah dibanding menangani laki-laki untuk jujur. “Selama tujuh tahun kerja bareng anjing, anjing ini saya lihat nggak pernah bohong,” katanya.
Bekerja sebagai pawang bukan sekadar mengurus makan, vaksin, atau vitamin anjing. Ada tugas mulia di balik itu: menjaga pintu negara dari bahaya narkotika. “Gak salah pilih sih masuk sini,” ungkapnya.
Jenis anjing yang digunakan di bea cukai rata-rata labrador dan pointer. Menurut Eldea, keduanya termasuk family dog yang mudah dirawat dan gampang beradaptasi di Indonesia.
Namun, membangun ikatan dengan anjing pelacak tidak bisa instan. Pawang harus hadir dengan emosi yang stabil. Eldea pernah merasakannya langsung.
“Dulu saya introvert, saat di bandara saya ngefreeze, anjing saya ikutan ngefreeze. Jadi memang kalau bawa anjing harus positif, gak bawa beban.”
Ngomimgin soal penyelundup narkotika, Eldea mengakui modusnya makin canggih. Tapi anjing pelacak punya kepekaan yang luar biasa.
“Anjing bisa mendeteksi modus penyelundupan. Yang disimpan dalam perut pun bisa. Bisa mendeteksi dari gerak-gerik gelisah, dari baunya, atau bisa jadi kontaminasi bau,” jelasnya.
Jika anjing milik bea cukai menemukan narkotika, mereka tak akan menggonggong. Mereka cukup duduk, diam, dan menunggu instruksi.
Unit K9 Bea Cukai sudah ada sejak 1981. Sekarang ada di beberapa daerah, termasuk Jawa Tengah. Anjing-anjingnya didatangkan dari luar negeri dengan harga fantastis.
“Dulu dengar-dengar satu ekor setara satu unit Avanza,” kata Eldea.
Operasi lapangan dilakukan hampir tiap hari. Minimal dua anjing dibawa karena perlu shift. Anjing punya batas kerja 2–3 menit, setelahnya perlu istirahat, baru lanjut kerja. Pawanglah yang bertugas menjaga semangat mereka.
Selama tujuh tahun jadi pawang, Eldea sudah menangani beberapa anjing. Baginya, setiap anjing punya karakter unik. Tapi ada satu kesamaan: mereka setia dan jadi rekan kerja yang bisa diandalkan. (bae)