BACAAJA, BAWEN- Kreativitas emang nggak ada batasnya. Buktinya, mahasiswa BEM Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) berhasil bikin gebrakan lewat Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) 2025 di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
Lewat program ini, mereka sukses “menyulap” ikan predator Red Devil di Rawa Pening yang awalnya dianggap hama jadi produk olahan bernilai jual tinggi. Dari kerupuk, nugget, sampai ide-ide branding yang bikin warga makin pede jualan produk khas desa.
Ketua BEM FEB Undip, Rafi Ridho Tokary bilang, kalau kegiatan ini jadi wujud nyata peran mahasiswa dalam pembangunan ekonomi lokal. “Mahasiswa itu nggak cuma belajar di kelas. Kita juga harus turun langsung bantu masyarakat. Di Desa Asinan ini, kami belajar bareng warga buat ubah potensi lokal jadi peluang ekonomi,” jelasnya.
Ikan Red Devil memang jadi masalah di ekosistem Rawa Pening karena sifatnya predator. Tapi di tangan tim PPK Ormawa, hama ini justru disulap jadi bahan baku camilan yang punya potensi besar di pasar.
Ketua tim, Aliya Zakira bilang, kalau program ini dikonsep kolaboratif dari awal.
“Kita nggak datang buat ngasih solusi doang, tapi bareng-bareng bikin perubahan. Mulai dari pelatihan olahan ikan, desain kemasan, sampai strategi marketing digital kita dampingi semua,” katanya.
Selain bikin produk, mereka juga ngajarin warga soal manajemen keuangan, model bisnis, dan cara jualan online biar tetap jalan meski program udah selesai. Pemerintah Desa Asinan pun ngasih dukungan penuh buat keberlanjutan program ini.
Sumber Penghasilan Baru
Sekretaris Desa Asinan, Wahyu Kusuma Dewi kasih jempol buat inovasi mahasiswa yang berhasil ubah cara pandang warga. “Dulu ikan Red Devil cuma bikin rugi, sekarang malah jadi sumber penghasilan baru. Produk olahan ini bisa banget jadi identitas khas Desa Asinan,” ujarnya.
Sementara itu, dosen pembimbing, Egi Destiartono, SE, MSE mengatakan, program ini bukti kalau ilmu ekonomi bisa langsung diterapkan buat bantu masyarakat. “Mahasiswa nggak cuma nulis teori, tapi juga praktik langsung di lapangan. Ini bentuk nyata kontribusi kampus buat masyarakat,” tegasnya.
Ke depan, tim mahasiswa juga bantu bikin branding desa, konten digital, dan pelatihan wirausaha biar Asinan bisa mandiri secara ekonomi. “Kita pengin Desa Asinan dikenal bukan karena Rawa Pening-nya aja, tapi juga produk unik yang lahir dari tangan warganya sendiri,” tutup Aliya.
Dari “hama” jadi “berkah”, kisah Desa Asinan ini bukti kalau ide brilian bisa datang dari mana aja asal ada niat buat bantu dan berani berpikir beda. (*)