BACAAJA, CILEGON–Bayangkan Anda sedang belanja ke warung, dan satu-satunya yang bukan buatan China hanyalah warungnya. Ini bukan hiperbola, ini Indonesia 2025.
Kamis lalu (22/8), Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, angkat bicara soal fenomena banjir bandang barang-barang impor dari China yang sukses menjadikan Indonesia sebagai pasar bebas 24 jam non-stop. Dalam kunjungan kerja ke PT. Chandra Asri Pasifik di Cilegon, Banten, ia menyebut industri nasional sedang dalam posisi tiarap, bukan tidur siang.
“Bahan baku kita terbatas, produk kita jadi mahal. Giliran barang murah dari China datang, semua langsung pindah ke hati rakyat. Ya susah bersaing,” keluhnya dengan nada serius yang bisa disalahartikan sebagai satire jika dibaca dua kali.
Tak dapat dimungkiri, kenaikan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap produk-produk China telah menciptakan efek domino global, dan Indonesia mendapat bagian paling murahnya: limpahan produk dengan harga miring tapi bikin industri lokal miris.
Masyarakat sih senang, bisa beli barang-barang serba ada dengan harga bersahabat. Tapi siapa yang pikirkan nasib pabrik dalam negeri yang pelan-pelan berubah jadi museum sejarah?
“Kita ini seringkali cuma dianggap pasar, bukan mitra industri,” lanjut Chusnunia. Ironis memang, negara yang katanya punya bonus demografi malah demam barang impor. Para pekerja lokal hanya bisa pasrah menatap mesin-mesin produksi yang semakin jarang dipakai, dan lebih sering jadi spot foto Instagram karyawan magang.
Komisi VII pun mendorong pemerintah untuk tidak hanya berdiplomasi dengan angka, tapi juga bertindak nyata: memperkuat industri lokal, menaikkan tarif masuk, hingga menciptakan ekosistem bisnis yang tidak membuat pengusaha merasa seperti bertani di gurun pasir.
“Kalau tidak segera ditangani, jangan salahkan kalau kita harus impor piring untuk makan produk impor,” pungkas Chusnunia.
Sampai saat ini, belum ada kabar apakah pemerintah akan menanggapi atau hanya mengimpor solusi dari luar negeri.(*)
BACA AJA! Karena kalau baca serius terus, bisa stres.