Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Sebelum Sastra Kiamat, WS Rendra Dipanggil Kembali
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Unik

Sebelum Sastra Kiamat, WS Rendra Dipanggil Kembali

baniabbasy
Last updated: Agustus 5, 2025 3:32 pm
By baniabbasy
3 Min Read
Share
WS Rendra
WS Rendra
SHARE

DI TENGAH hiruk pikuk zaman digital yang serba cepat dan instan, nama WS Rendra kembali disuarakan. Sang Burung Merak yang pernah terbang tinggi dalam panggung kesusastraan Indonesia, kini kembali dipanggil bukan oleh waktu, tapi oleh keprihatinan zaman.

Willibrordus Surendra Broto Narendra—begitulah nama lengkap WS Rendra—lahir di Surakarta pada 7 November 1935, dan menghembuskan napas terakhir di Depok, 6 Agustus 2009. Kini, di tahun 2025, tepat 16 tahun setelah kepergiannya, Sanggar Seni Samudra menggelar acara “Mengenang WS Rendra Sebelum Kiamat Sastra” sebagai bentuk perlawanan terhadap mati rasa generasi baru terhadap sastra.

Acara ini akan digelar pada 6 Agustus 2025 di Jalan Prof. M. Yamin, Karangklesem, Purwokerto Selatan. Sebuah lokasi yang mungkin tak sebesar panggung Taman Ismail Marzuki, namun punya denyut nadi yang masih setia terhadap puisi, teater, dan suara jiwa manusia.

Karya-karya WS Rendra pernah meledak di panggung nasional hingga internasional. Ia bukan hanya sastrawan, tapi juga penyair yang bisa mengubah ruang pertunjukan menjadi peristiwa kebudayaan. Namun hari ini, karya-karya itu nyaris tak terdengar di antara riuhnya tren dan algoritma.

“Saya prihatin, kita sekarang hidup di zaman di mana orang bahkan malas menonton video sampai selesai, apalagi membaca puisi,” kata Faisal Jais (31), ketua harian Sanggar Seni Samudra yang akrab disapa Jayeng. “Kalau ini dibiarkan, kita akan kehilangan rasa. Dan manusia yang kehilangan rasa adalah manusia yang bahaya.”

Pernyataan itu bukan sekadar keluhan, tapi menjadi bahan bakar bagi acara penghormatan terhadap WS Rendra. Puisi-puisi sang maestro akan dibacakan kembali, dihidupkan dari teks menjadi suara, dari kertas menjadi nyawa.

Jayeng menambahkan, “Teknologi dan sastra seharusnya saling melengkapi. Tidak bisa yang satu menenggelamkan yang lain. Kalau teknologi berkembang, sastra juga harus ikut tumbuh.”

Suara senada datang dari Yudiono Aprianto (38), seorang pengamat sastra yang juga mengajar di sebuah SMK di Purwokerto. Ia menyebut bahwa hari ini generasi muda lebih mengenal influencer ketimbang sastrawan. “Padahal, dalam lagu Indonesia Raya kita diajarkan: bangunlah jiwanya. Bagaimana jiwa bisa bangkit kalau sastra ditinggalkan?”

Yudiono mengapresiasi langkah Sanggar Seni Samudra. Baginya, acara ini bukan sekadar nostalgia, tapi upaya untuk membangkitkan kesadaran. Kesadaran bahwa sastra bukan hiasan, tapi bagian penting dari kemanusiaan.

Acara tersebut diharapkan menjadi pemantik, bukan penutup. Karena sebagaimana kata Rendra dalam puisinya, “Yang bisa bertahan dari zaman bukanlah kekuasaan, tapi suara hati manusia.”

Gerakan seperti ini menjadi langka di tengah arus budaya populer. Tapi justru karena itulah, acara mengenang WS Rendra menjadi sangat penting. Ia menjadi lentera kecil yang mencoba menerangi lorong panjang menuju kejayaan sastra Indonesia.

Bagi Sanggar Seni Samudra, mengenang bukan berarti menatap ke belakang. Sebaliknya, mereka ingin menatap masa depan dengan bekal suara-suara masa lalu.

Dan jika hari ini WS Rendra dipanggil kembali lewat bait-bait puisinya, itu karena zaman membutuhkan dirinya lebih dari sebelumnya. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum sastra benar-benar kiamat. (*)

You Might Also Like

RUU Perampasan Aset Dibahas Setelah RUU KUHAP

BRIN dan Pemkab Banjarnegara Perkuat Kolaborasi Tangani Sampah dan Lingkungan

Mas Hamenang Ajak Pelajar Klaten Siapkan Diri Songsong Indonesia Emas 2025

Nih 7 Cara Anti-Mager Biar Kamu Produktif Lagi, Wajib Baca!

Space Science: Unraveling the Secrets of the Cosmos

TAGGED:kiamat sastrapenyair rendraSanggar seni samudrasastra indonesiaWS Rendra
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Shin Tae-yong Dipecat di Indonesia, Kini Melatih Lagi
Next Article Peternakan Babi Sadis, Demi Hilangkan Jejak, Petani Afrika Selatan Jadikan Mayat Umpan Babi

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Nawal Yasin Dorong Muslimat NU Terus Bersinergi Bangun Jateng

Agustina Tanam Batu, Nyalain Ekonomi Rakyat

Bos-Bos Tionghoa Diminta Gas Ekonomi Jateng

Duit Seret, Semangat Tetep Ngegas

Korupsi, Tiga Doktor UGM Bakal Diadili di Semarang

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Unik

Ketika Sampah Tekstil Bicara: Perlawanan Sunyi Samuel Wattimena

Juli 13, 2025
Unik

Man Mums Jadi Tren Baru Pengusir Sepi di China, Peluk Sepuasnya Bayar Rp110 Ribu

September 15, 2025
Unik

Minyak Goreng Bekas Bau Nggak Enak? Begini Cara Mudah Hilangin Pakai Bahan Dapur

Agustus 19, 2025
Pesawat operasional terakhir di bandara Sanaa, Yaman yang akan digunakan untuk mengangkut jemaah haji, hangus terbakar akibat serangan jet tempur Israel.(X @Khaled alshaief)
Unik

Israel Ledakkan Pesawat Terakhir Yaman untuk Angkut Jemaah Haji ke Mekkah

Mei 30, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Sebelum Sastra Kiamat, WS Rendra Dipanggil Kembali
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?