Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Rumput Laut Cokelat Bisa Jadi Pengganti Panel Surya, Lebih Ramah Lingkungan
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Sirkular

Rumput Laut Cokelat Bisa Jadi Pengganti Panel Surya, Lebih Ramah Lingkungan

Rumput laut cokelat bisa menjadi pengganti panel surya sebagai energi baru terbarukan (EBT), diklaim lebih ramah lingkungan.

R. Izra
Last updated: Juli 2, 2025 9:58 am
By R. Izra
5 Min Read
Share
Ilustrasi rumput laut cokelat.
Ilustrasi rumput laut cokelat.
SHARE

NARAKITA — Rumput laut cokelat bisa menjadi pengganti panel surya untuk pembangkit listrik ramah lingkungan.

Sebagai energi baru terbarukan (EBT) rumput laut cokelat dinilai lebih ramah lingkungan serta tahan terhadap api dan panas tinggi.

Hal ini berdasarkan penelitian dari tim internasional yang dipimpin oleh Institut Ilmu Material Spanyol (ICMM-CSIC) bersama mitra dari Korea Selatan.

Tim tersebut berhasil menciptakan lembaran berbusa. Sekilas bentuknya mirip bahan pembungkus, tetapi sebenarnya memiliki tiga fungsi sekaligus: menjadi isolator panas, mengubah tekanan atau getaran menjadi listrik, dan tahan terhadap api langsung.

Bahan ini dibuat dari sodium alginate —zat dari rumput laut cokelat— yang dicampur dengan lembaran tipis titanium-karbida (MXene).

Campuran ini dibekukan dan dikeringkan hingga menjadi balok ringan seperti busa polistirena.

Berdasarkan sampel yang ada di laboratorium, bahan ini hanya memiliki kerapatan 0,02 gram per sentimeter kubik.

Meski sangat ringan, kemampuannya menghantarkan panas 15 persen lebih baik dari papan poliuretan biasa.

Saat diinjak, busa ini bisa menghasilkan tegangan hingga 380 volt.

Ketika dibakar api dengan suhu 870 derajat Celsius, bahan ini mampu memadamkan api sendiri dalam waktu kurang dari dua detik, sekaligus menyalakan lampu LED tanpa mengeluarkan asap beracun.

Alginat yang biasanya digunakan untuk mengentalkan es krim atau membalut luka, kini juga bisa berfungsi sebagai bahan tahan api alami.

Selain itu, strukturnya yang berpori dari pembekuan mampu membuat panas mengalir lebih lambat.

Sementara itu, lembaran MXene membentuk jalur konduktif di dalam bahan ini.

Ketika busa ditekuk atau ditekan, gesekan antara permukaan MXene dan alginat menghasilkan listrik lewat efek triboelektrik.

Berdasarkan uji laboratorium, busa ini mampu menyalakan 20 lampu LED.

MXene juga bisa menjadi sensor panas. Di atas suhu 200 derajat Celsius, resistansinya turun drastis.

Dengan menambahkan sirkuit sederhana, panel ini bisa otomatis menyalakan atau memutus aliran listrik saat suhu mendekati titik nyala api, tanpa komponen tambahan.

Jika bisa diproduksi secara massal, panel ini bisa menjadi dinding dalam yang cerdas: mengubah benturan seperti pintu dibanting menjadi energi untuk sensor, dan memberi peringatan kebakaran otomatis. Tanpa kabel tambahan.

Rumput laut memang tidak hidup setelah diproses.

Ia dihancurkan menjadi sodium alginat, lalu dicampur dengan kalsium untuk membentuk bahan padat yang bisa terurai alami.

Bahan ini tidak berfotosintesis atau membusuk seperti biomassa mentah.

Namun, jika dibakar, busa ini hanya menjadi abu yang tidak beracun dan menghasilkan jauh lebih sedikit zat berbahaya dibandingkan busa tahan api biasa yang mengandung bromin.

Keuntungan lingkungan lainnya, MXene berasal dari budidaya rumput laut, yang mama budidaya tersebut mampu menyerap karbon tanpa butuh pupuk atau lahan.

Memang, sampai saat ini proses pembuatan MXene masih boros energi. Tapi peneliti menyebut MXene bisa didaur ulang menjadi pigmen titanium dioksida, jadi siklus materialnya bisa lebih tertutup.

Papan poliuretan dijual sekitar 1 dollar AS per kilogram, tapi butuh tambahan bahan kimia berbromin agar tahan api dan bisa meleleh di suhu 350 derajat Celsius.

Aerogel berbasis silika memang lebih baik dalam isolasi, tapi harganya mahal hingga 50 Dolar AS per meter persegi dan mudah rusak saat ditekan.

Busa dari rumput laut–MXene ini diperkirakan bisa dijual 10 Dolar AS per meter persegi jika harga MXene turun.

Beratnya lebih ringan, isolasinya sebanding, dan bisa menghasilkan listrik sendiri.

Minat dari industri sudah pun kini mulai muncul. Perusahaan pembuat rumah modular di Eropa akan menguji bahan ini sebagai pelapis dinding pada 2026.

Sementara itu, perusahaan baterai di California ingin mencoba material ini sebagai pengisi di antara sel baterai lithium-ion, untuk menyamakan tekanan dan mencegah kebakaran.

Sepuluh tahun lalu, rumput laut hanya dikenal sebagai bahan sushi dan MXene hanya dikenal di jurnal ilmiah.

Kini, keduanya bisa menjadi bahan bangunan masa depan, bisa menghasilkan listrik, tahan api, menyerap karbon, dan memberi peringatan kebakaran bahkan sebelum atap rumah pengguna mulai panas. (*)

You Might Also Like

75 Persen Pembangkit Listrik PLN Berasal dari EBT pada 2034, Simak Rinciannya

90 Persen Proyek Energi Terbarukan Lebih Murah daripada Listrik Fosil, tapi . . .

BUMN Kompak! PLN IP & PGE Gaspol Kembangkan Energi Panas Bumi

Agustina Ajak Investor Bangun PSEL Jatibarang, Target Rampung 2027

Karpet Merah Prabowo untuk Prancis, Investasi Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia

TAGGED:ebtpanel suryapembangkit listrik ramah lingkunganrumput laut cokelatrumput laut cokelat pengganti panel surya
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Kabag Pengadaan Barang dan Jasa Pemkot Semarang, Hendrawan Purwanto (kanan), saat bersaksi di sidang korupsi Mbak Ita di Pengadilan Tipikor Semarang, Senin (1662025). (bai) Anak Buah Mbak Ita Sobek-sobek Catatan saat Penggeledahan KPK
Next Article Mahatmi Rismartanti (26), lulusan Sastra Jepang asal Malang, Jawa Timur, yang menjadi satu di antara 10 pengemudi profesional yang akan dikirimkan ke Jepang. 10 Pengemudi Profesional Indonesia Diberangkatkan ke Jepang, LPK Hiro: Peluang Kerja Menjanjikan

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Nawal Yasin Dorong Muslimat NU Terus Bersinergi Bangun Jateng

Agustina Tanam Batu, Nyalain Ekonomi Rakyat

Bos-Bos Tionghoa Diminta Gas Ekonomi Jateng

Duit Seret, Semangat Tetep Ngegas

Korupsi, Tiga Doktor UGM Bakal Diadili di Semarang

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Kondisi perkampungan di wilayah pesisir Senmarang, di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Semarang Utara. Tambak yang tidak lagi produktif, dan ancaman genangan rob yang menghantui sehari-hari. Foto: BAE
Sirkular

Adaptasi Warga Pesisir Semarang-Demak Mencari Penghidupan di Tengah Rob

Juli 20, 2025
Sirkular

Sampah Masih Cemari Lingkungan, DLHK Jateng Dorong Ekonomi Sirkular Hingga Tingkat Desa

Juli 16, 2025
Ilustrasi cara kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Sirkular

Pertamina NRE Berminat Kembangkan Nuklir, Target Dirikan PLTN di Pulau Ini

Juli 10, 2025
Sirkular

Wamentan Ajak Peternak Ubah Kotoran Sapi Jadi Energi Terbarukan

Agustus 2, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Rumput Laut Cokelat Bisa Jadi Pengganti Panel Surya, Lebih Ramah Lingkungan
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?