PERAYAAN 17 AGUSTUS identik dengan semangat merdeka tapi sekarang bukan cuma soal balap karung atau lomba makan kerupuk. Ada tren baru yang lagi naik daun: lomba menghias tumpeng yang bukan cuma soal rasa, tapi soal estetika, cerita, dan kreativitas yang bisa viral.
Tumpeng bukan sekadar nasi berbentuk kerucut; tumpeng adalah panggung. Untuk kamu yang mau ikut lomba tahun ini, tenang: resep dan trik praktis bisa diikuti siapa saja — termasuk versi yang dibagikan di kanal YouTube Ika Mardatilah, yang jadi rujukan banyak peserta. (dikutip dari kanal YouTube Ika Mardatilah, Jumat, 15/8/2025).
Secara tradisi, tumpeng melambangkan syukur dan kebersamaan. Di konteks 17 Agustus, tumpeng berubah jadi “kanvas” untuk mengekspresikan cinta tanah air: warna, garnish, dan komposisi lauk jadi bahasa visual yang menyampaikan pesan tanpa kata.
Kalau kamu lihat di lapangan lomba, peserta datang dari berbagai kalangan: komunitas RT, kantor, sekolah, bahkan warung kopi yang pengin pamer skill plating. Yang menang bukan cuma yang paling rapi, tetapi yang punya konsep kuat—misal tumpeng bertema sejarah lokal atau tumpeng yang ceritakan perjalanan sebuah komunitas.
Soal bahan: beras dan beras ketan jadi dasar, tapi kuncinya ada pada santan kuning yang harum—kelapa parut, kunyit, bawang putih, kencur, serai, kayu manis dan daun jeruk. Ika menekankan bahwa perpaduan bumbu ini yang memberi aroma khas dan warna kuning stabil pada nasi tumpeng.
Prosesnya memang butuh kesabaran: beras dicuci, dikukus sampai setengah matang, lalu disiram santan yang sudah dimasak bersama rempah sampai rata—dikukus lagi sampai matang sempurna. Cara penanganan santan dan takaran air menentukan tekstur: pulen, lembut, tapi nggak lembek.
Ada teknik jitu buat yang mau hemat waktu: siapkan semua bumbu dahulu, gunakan panci kukus yang rapat, dan aduk nasi setelah santan masuk supaya warna menyebar rata. Sedikit sentuhan kayu manis saat merebus santan bisa bikin aroma tumpeng lebih kaya—trik kecil yang sering bikin juri tersenyum.
“Salah satu yang sering bikin peserta panik adalah tekstur nasi. Nasi terlalu basah = gagal estetika. Nasi terlalu kering = bantat saat dibentuk,” kata seorang juri lomba kuliner lokal yang sering menilai lomba tumpeng. Jadi perhatikan tekstur bukan cuma penampilan.
Lauk dan garnish itu panggung kedua. Irisan ayam kuning yang rapi, telur pindang, sambal goreng hati, tempe mendoan renyah, hingga irisan tomat dan lalapan yang segar—semua harus punya harmoni warna dan rasa. Susunan yang asimetris kadang justru lebih menarik daripada yang simetris kaku.
Di era sekarang, banyak peserta menambahkan sentuhan modern: tumpeng mini untuk tiap porsi, tumpeng vegan tanpa produk hewani, atau tumpeng bertema warna merah-putih yang dikreasikan jadi pola abstrak. Kreativitas ini sering jadi nilai tambah di mata juri dan penonton.
Keamanan pangan juga penting. Pastikan santan diolah sampai mendidih, bahan protein matang sempurna, dan tata tumpeng di area bersih. Sampul plastik atau penutup saat transportasi juga solusi supaya tumpeng tetap rapi sampai di lokasi lomba.
Untuk yang lomba di RT atau kantor, buat tim: ada yang pegang nasi, ada yang tata lauk, ada yang urus dekor. Koordinasi bikin proses dekorasi lebih cepat dan minim drama—apalagi saat waktu penjurian mepet.
Cerita-cerita kecil sering bikin tumpengmu punya nilai emosional. Misal, bahan warisan resep nenek atau desain yang mengangkat sejarah kampung—itu yang bikin juri “merasakan” lebih dari sekadar estetika.
Nilai penilaian biasanya meliputi rasa, kreativitas, kebersihan, dan presentasi. Jadi meski desainmu out of the box, rasa tetap nomor satu. Tumpeng cantik tapi hambar? Siap-siap pulang tanpa trophy.
Hadiah memang menggoda, tapi keuntungan terbesar adalah viral di medsos. Banyak tim yang tadinya biasa aja, tiba-tiba jadi langganan catering setelah video proses dekor mereka trending karena konsep yang nyentrik.
Kalau kamu mau praktik, mulailah dengan resep dasar: total beras 1,5 kg campur 200 gr ketan, santan dari 2 butir kelapa, kunyit dan bumbu lainnya. Ingat, kunci adalah komposisi santan dan pengukusan yang konsisten—itu modal dasar tumpeng juara.
Buat yang kurang pede, latihan dulu dengan tumpeng kecil. Ambil foto proses dari berbagai sudut; lighting yang bagus bikin tumpengmu terlihat profesional di feed. Di era sekarang, penampilan online sering buka peluang baru—klien, undangan catering, atau undangan lomba bergengsi.
Menjelang 17 Agustus, tiap RT biasanya punya aturan lomba sendiri—cek syarat terkait ukuran tumpeng, tema, dan waktu pengantaran. Siapkan juga story singkat tentang konsep tumpengmu; juri suka cerita yang kuat di balik dekorasi.
Pada akhirnya, lomba tumpeng itu soal merayakan bersama: tumpeng jadi alat buat narasikan kebersamaan, kreativitas, dan kecintaan pada tanah air. Dari resep tradisional sampai twist kekinian, tumpeng selalu punya ruang untuk berinovasi.
Jadi, mau coba? Persiapkan bahan, panggil tim, dan biarkan tumpengmu bercerita. Siapa tahu tumpeng sederhana yang kamu bikin malam ini jadi viral dan jadi pemenang esok hari—dan lebih penting lagi, jadi alasan satu kampung berkumpul merayakan kemerdekaan dengan bangga. (*)