Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Politrik
  • Hukum
  • Economics
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Info Tetangga
  • Kepo
  • Rasan-Rasan
Reading: Putusan Pemilu Terpisah: Siapa Dukung, Siapa Menolak?
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
© 2025 Bacaaja.co
Kepo

Putusan Pemilu Terpisah: Siapa Dukung, Siapa Menolak?

T. Budianto
Last updated: Juli 7, 2025 3:14 pm
By T. Budianto
3 Min Read
Share
Ilustrasi: Gedung DPR/MPR. (Foto: Ist)
SHARE

NARAKITA, JAKARTA- Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memisahkan jadwal pemilu nasional dan pemilu lokal menuai respons beragam dari seluruh fraksi di DPR. Dari delapan fraksi yang bersuara, tak sedikit yang secara terang-terangan menolak, sebagian lainnya memilih bersikap hati-hati dan menunggu kajian lebih lanjut.

Putusan ini tercantum dalam perkara Nomor 135/PUU-XXII/2024 yang diajukan oleh Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). MK memutuskan bahwa pemilu daerah harus digelar dua hingga dua setengah tahun setelah pemilu nasional yang mencakup pemilihan presiden, DPR, dan DPD. Sementara pemilu lokal meliputi pemilihan gubernur, bupati/wali kota, serta DPRD.

PDIP lewat Ketua DPR RI Puan Maharani menyebut pelaksanaan pemilu lima tahun sekali adalah amanat konstitusi. Ia mengingatkan seluruh partai untuk mencermati dampak putusan MK sebelum mengambil sikap resmi. “Imbas atau efek dari keputusan MK ini tentu harus dikaji secara matang,” ujar Puan.

Fraksi Golkar, Gerindra, PKS, dan PAN hingga saat ini masih belum mengambil sikap resmi. Namun keempatnya menyoroti potensi implikasi hukum dan politik, termasuk kemungkinan perpanjangan masa jabatan kepala daerah dan anggota DPRD.

Wakil Ketua MPR dari PAN, Eddy Soeparno, bahkan menilai MK telah melampaui kewenangannya dengan merinci waktu pelaksanaan pemilu lokal. “MK mestinya hanya menguji konstitusionalitas, bukan menetapkan aturan teknis baru,” kritik Eddy.

Keras Menolak

Sikap paling tegas ditunjukkan oleh Fraksi NasDem. Lewat Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat, partai ini menyebut putusan MK sebagai inkonstitusional karena dianggap melanggar Pasal 22E UUD 1945. “Putusan MK ini tak punya kekuatan hukum mengikat,” tegas Rerie di NasDem Tower.

Sementara Fraksi PKB menilai, putusan MK bisa menciptakan kekacauan dalam masa transisi kekuasaan daerah. Jazilul Fawaid bahkan menyarankan agar kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD demi efisiensi dan kepastian hukum. “Lebih hemat dan lebih sesuai dengan realitas politik lokal,” ujarnya.

Sikap berbeda diambil Fraksi Demokrat. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Dede Yusuf menyebut putusan MK sejalan dengan usulan partainya yang selama ini mengusulkan jeda 2 hingga 2,5 tahun antara pemilu nasional dan daerah. “Tapi tentu, semua tetap perlu dikaji matang agar tidak ada pelanggaran konstitusi,” kata Dede yang juga anggota anggota DPR RI ini.

Meski putusan MK bersifat final dan mengikat, perdebatan tentang implementasi dan dampak hukumnya masih jauh dari kata selesai. Apalagi bila menyangkut perubahan sistem pemilu dan revisi undang-undang, suara partai di parlemen akan menjadi krusial. (*)

You Might Also Like

Masjid Roudlotul Abiddin Blanten Kabupaten Semarang Bagikan 600 Kg Daging Kurban

Dari Kaki Sapi Jadi Hidangan Istimewa, 5 Resep Lezat Anti Prengus untuk Olahan Kurban

Suara Wanita Mendesah Menggema di GBK, Pihak Pengelola Akhirnya Angkat Bicara

Berikut Pemimpin Negara Yang Meletakkan Diri di Atas Hukum Negara

Luthfi Klaim Koperasi Merah Putih di Jateng Mampu Serap 68.000 Tenaga Kerja, Bagaimana Perhitungannya?

TAGGED:DPR RIpemilu terpisah
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Ilustrasi sound horeg. Bahtsul Masail Ponpes Besuk Pasuruan menyatakan sound horeg haram. Sound Horeg Haram! Fatwa Bahtsul Masail Pondok Besuk Pasuruan yang Didukung MUI
Next Article Erick Thohir: Liga Indonesia Makin Serius, Perekrutan Eks J-League Jadi Bukti Nyata

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Tetap Optimis Meski Situasi Negeri Nggak Baik-Baik Aja, Begini Triknya

Gampang Banget! Rahasia Kulit Lumpia Lentur Anti Robek, Cuma Butuh 4 Bahan

Wajib Waspada! Bedain Batuk Biasa dengan Gejala Awal Kanker Paru Biar Nggak Kecolongan

7 Parfum Refill Pria Favorit Cewek, Wangi Bikin PDKT Auto Lancar

Iko Juliant Junior, mahasiswa FH Unnes, meninggal dalam kondisi tak wajar.

Kalau Benar Iko Unnes Korban Laka, Murni Kecelakaan atau karena Dikejar Polisi?

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Ilustrasi rumah sederhana di Indonesia.
Kepo

Wow! Harga Rumah di Indonesia Termahal Nomor 4 Dunia

Mei 31, 2025
Kepo

Mengenal Penyakit Autoimun, yang Disebut dr Tifa soal Bercak Kulit Jokowi

Juni 4, 2025
Kepo

Kuota Terbatas, 93 Ribu Calon Siswa Tak Tertampung di SMA/SMK Negeri di Jateng

Juni 14, 2025
Skandal ijazah palsu, dan plagiarisme tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di belahan dunia, saat ini juga nyaris dipenuhi dengan banyaknya pejabat negara yang terlibat dalam skandal ijazah palsu. Foto: ilustrasi
Kepo

Deretan Skandal Ijazah Palsu Pejabat di Belahan Dunia

Juli 19, 2025
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?