BACAAJA, SEMARANG- Ratusan petugas irigasi di Jateng kembali turun ke jalan. Bukan buat ngecek saluran air, tapi buat ngegoyang Kantor Gubernur Jateng di Semarang. Aksi damai itu digelar karena nasib mereka sebagai tenaga honorer masih belum jelas juga, padahal sudah puluhan tahun jadi ujung tombak ketahanan pangan.
Mengenakan seragam biru khas petugas lapangan, mereka memenuhi Jalan Pahlawan sambil bawa poster dengan tulisan nyeleneh tapi serius: “Petugas Irigasi Ujung Tombak Ketahanan Pangan”, “Sudah Mengabdi 10 Tahun Lebih”, sampai “Ora Wedi Ireng”.
Lewat aksi yang difasilitasi Forum Komunikasi Petugas Irigasi (FKPI) Jateng, mereka menuntut segera diangkat jadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Alasannya simpel: biar ada kepastian hukum, gaji tetap tiap bulan, plus jaminan kesehatan dan sosial.
Kecelakaan Kerja
“Teman-teman banyak yang kecelakaan kerja, ada yang sampai patah tulang tapi biaya berobat ditanggung sendiri. Mesin kerja juga beli pakai duit pribadi. Gaji harian cuma Rp100 ribu, apa itu manusiawi?” kata pendamping FKPI Jateng, Zainal Abidin Petir, Selasa (19/8).
Ketua FKPI Jateng, Muhammad Chundori, bilang jumlah petugas irigasi honorer yang butuh kepastian status ada sekitar 2.640 orang. “Ini saatnya, sesuai UU Nomor 20 Tahun 2023, semua harus diselesaikan. Tahun depan nggak ada lagi kesempatan,” tegasnya.
Sekda Jateng, Sumarno, sempat nongol ketemu massa. Dia bilang Gubernur sudah koordinasi dengan Menpan-RB dan BKN soal nasib para petugas irigasi ini. “Mudah-mudahan segera ada jawaban cepat,” ujarnya.
Aksi ini jadi yang ketiga kalinya, setelah sebelumnya mereka juga menggelar demo di titik yang sama. Bedanya kali ini, demo berlangsung pas momen HUT ke-80 Provinsi Jateng, jadi mereka sebut sebagai “kado spesial” buat pemerintah daerah. (*)