BACAAJA, SEMARANG – Konferensi pers sudah digelar. TKP juga sudah diolah. Tapi publik masih belum puas. Pertanyaan soal kematian Iko Juliant Junior, mahasiswa Unnes, tetap menggantung: apa penyebab pastinya? Dan apakah ada keterlibatan aparat?
Andy Suryadi dari koordinator peneliti Pusat Kajian Militer dan Kepolisian nyeplos menohok. Menurutnya, penting bagi polisi untuk tidak hanya sekedar bikin konferensi pers seolah sudah mengungkapkan kasus ini secara tuntas.
“Tapi juga bagaimana mereka dapat meyakinkan publik bahwa kejadiannya memang sebagaimana keterangan mereka,” ujarnya, Sabtu (20/9/2025).
Andy minta polisi jangan cuma sibuk ngomong di hadapan media. Buktinya harus jelas. CCTV, keterangan saksi, sampai dokumen rumah sakit seharusnya bisa dibuka. Biar makin kredibel, ada baiknya libatkan pihak independen.
“Jika dua hal tersebut tidak dilakukan atau dilakukan namun tidak optimal maka apapun temuan dan penjelasan aparat tidak akan mudah diterima oleh publik,” katanya.
Apalagi, publik masih trauma kasus Sambo dan Gamma. Keterangan awal aparat waktu itu banyak yang meleset. Jadi wajar kalau sekarang banyak yang curiga.
Dalam kasus Iko, ada tiga titik yang harus dijawab polisi. Pertama, soal kecelakaan di Jalan Veteran. Benarkah murni kecelakaan, atau ada faktor lain? Kuasa hukum keluarga Iko malah nyebut ada lemparan sebelum Iko jatuh.
Kedua, durasi evakuasi. Polisi bilang cepat, tapi isu awalnya korban baru dibawa ke rumah sakit setelah beberapa jam. Dokumen RS, CCTV, dan kesaksian tenaga medis bisa jadi bukti.
Ketiga, soal luka di tubuh Iko. Pendamping hukum korban menyebut ada luka mencurigakan. Rekam medis dan analisis forensik bisa bikin terang benderang.
Andy juga dorong polisi gali keterangan dari orang yang ada di lokasi, misal Ilham dan V serta A yang terlibat kecelakaan. Apakah memang clear tidak ada unsur lain selain kecelakaan ataukah ada namun tidak diungkapkan?
Kalau polisi terbuka, bukan cuma keluarga korban yang diuntungkan. Publik juga bisa balik percaya. (bae)