Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Industri Menambah Tumpukan Masalah di Pesisir
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Sirkular

Pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Industri Menambah Tumpukan Masalah di Pesisir

PESISIR Pantura Semarang merupakan daerah dengan penurunan muka tanah dan kenaikan air laut paling parah. selain faktor alam, masalah itu dipicu masifnya pengambilan air tanah dan beratnya beban bangunan di kawasan pesisir Semarang, seperti pemanguan pelabuhan hingga kawasan industri.

baniabbasy
Last updated: Juli 20, 2025 2:45 pm
By baniabbasy
3 Min Read
Share
Pemerhati lingkungan pesisir dari Universitas Katholik Sugijopranoto (Unika) Semarang Hotmauli Sidabalok, saat menjelaskan masalah lingkungan yang terjadi di pesisir Semarang-Demak, Sabtu (19/7/2025). Foto: BAE
Pemerhati lingkungan pesisir dari Universitas Katholik Sugijopranoto (Unika) Semarang Hotmauli Sidabalok, saat menjelaskan masalah lingkungan yang terjadi di pesisir Semarang-Demak, Sabtu (19/7/2025). Foto: BAE
SHARE

NARAKITA, SEMARANG – Munculnya persoalan-persoalan di pesisir Semarang-Demak diakibatkan adanya krisis lingkungan seperti penurunan tanah (land subsidence) dan risiko air seperti banjir rob dan abrasi.

Penduduk setempat kehilangan tanah, kehilangan mata pencaharian, harus berpisah dengan keluarga dan tatanan sosial di tempat hidupnya, hingga terpaksa hidup berkalang air laut.

Akademisi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Hotmauli Sidabalok mengatakan, di pesisir Pantura, Semarang merupakan daerah dengan penurunan muka tanah dan kenaikan air laut paling parah.

Dia berpendapat, selain faktor alam, masalah itu dipicu masifnya pengambilan air tanah dan beratnya beban bangunan di kawasan pesisir Semarang, di mana ada pelabuhan hingga kawasan industri.

Hasil penelitian menunjukkan, pembangunan pelabuhan dan kawasan industri yang bejibun di Semarang berdampak pada kondisi lingkungan di sekitarnya, terutama pesisir Demak.

“Kenaikan air laut di wilayah Demak terjadi itu sejak 1993 yang kita ketahui itu merupakan masa pembangunan pelabuhan. Nah, arus air laut itu ke sana perginya karena di sini ada pembangunan yang masif,” beber Hotmauli, saat ditemui Sabtu (19/7/2025).

Menurutnya, jika pemerintah tak tutup mata atas fenomena tersebut, mestinya bangunan berat-berat tak lagi diizinkan dibangun di area pesisir.

Warga Kurang Diberi Ruang

Hotmauli melihat fenomena krisis lingkungan di Semarang-Demak cenderung dijelaskan secara teknokratis yang kemudian dijadikan landasan oleh pemerintah untuk mengambil kebijakan.

Sisi lain, pengalaman warga pesisir yang secara langsung melakukan adaptasi dengan masalah di lingkungannya, kurang diberi ruang untuk turut menyumbang gagasan mencari solusi terbaik.

“Pengalaman warga bertahan hidup membangun apa sumber pendapatan yang baru itu seringkali tidak menjadi pertimbangan,” kritik Hotmauli, saat ditemui Sabtu (19/7/2025).

Hal itu berimplikasi pada penyelesaikan masalah yang hanya berfokus pada infrastruktur besar, yang tidak selalu adil bagi warga pesisir. Bahkan, warga yang terdampak krisis justru tidak dibantu menyelesaikan masalahnya.

Hotmauli mencontohkan dengan masalah banjir rob yang diselesaikan oleh pemerintah dengan membangun proyek tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall sepanjang pesisir Demak-Semarang.

Bahkan proyek infrastruktur ambisius itu direncanakan diperpanjang dari Banten hingga Jawa Timur, agar mampu membentengi pesisir utara Pulau Jawa dari banjir rob, abrasi, dan kenaikan muka air laut.

Merespon kondisi tersebut, konsorsium penelitian Pluralizing yang terdiri dari Unika, Unissula, Rujak Center for Urban Studies (RCUS), Walhi Jateng, LBH Semarang, Amerta Air Indonesia, dan IHE Delft, mencoba melakukan pendekatan yang berbeda.

Pluralizing mendorong pluralisasi pengetahuan dengan membuka ruang bagi suara pengalaman dan solusi dari kelompok rentan di wilayah pesisir.

“Jadi kalau warga ini didengarkan, ditanya bagaimana dia bisa bertahan dengan kondisi yang ada sekarang, terutama dengan perubahan iklim maka pengambilan kebijakan itu akan holistik, tidak hanya dari satu sisi teknokrat saja,” ujarnya. *bae

Warga yang tinggal di wilayah pesisir Semarang-Demak, berkumpul dan berdiskusi terkait dengan persoalan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya, Sabtu (19/7/2025). Foto: BAE
Warga yang tinggal di wilayah pesisir Semarang-Demak, berkumpul dan berdiskusi terkait dengan persoalan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya, Sabtu (19/7/2025). Foto: BAE

You Might Also Like

Bupati Pati Sudewo Dilempari Massa saat Temui Demonstran: Saya Mohon Maaf

HIPMI Semarang Resmi Dilantik, Wali Kota: Saatnya Anak Muda Jadi Mesin Ekonomi Kota!

LPSK Blusukan Cari Fakta Kematian Iko Unnes, Persilakan Publik Sumbang Informasi

Hot News! Mbak Ita Semarang Dihukum 5 Tahun Penjara, Plus Didenda Rp 300 Juta

Irlandia Suntik Mati Seluruh PLTU Batu Bara, Andalkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin

TAGGED:headlinehilangnya mata pencaharian nelayan pesisir panturakawasan pesisir semarang-demak
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Kondisi perkampungan di wilayah pesisir Senmarang, di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Semarang Utara. Tambak yang tidak lagi produktif, dan ancaman genangan rob yang menghantui sehari-hari. Foto: BAE Adaptasi Warga Pesisir Semarang-Demak Mencari Penghidupan di Tengah Rob
Next Article Beredar Isu WhatsApp Call Akan Dibatasi! Ini Kata Menkomdigi Meutya Hafid 

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Bedah buku di Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, DIY, dalam rangaka mengenang sosok KH Imam Aziz.

100 Hari Wafatnya KH Imam Aziz: Mengenang Sosok Kiai Rakyat

Ilustrasi siswa SMK.

Nunggak SPP, Siswa SMK Beprestasi di Purworejo Dipaksa Mundur

Warga Semarang Patungan Kebaikan, PMI Kantongi Rp3,2 Miliar!

PWI Jateng Ganti Nahkoda, Tanpa Ribut-Ribut

RPH Halal MAJT Resmi Dibuka, Yuk Makan Tanpa Waswas!

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Ketua DPR RI Puan Maharani memeluk ibunda Affan Kurniawan, saat melayat ke rumah duka, Sabtu (30/8/2025).
Unik

Puan Menangis Peluk Ibunda Affan, Sampaikan Duka Cita Mendalam

Agustus 30, 2025
Politik

Dipimpin Puan Maharani, DPR Sahkan RAPBN 2026

September 23, 2025
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto menjelaskan korban demo ricuh di Pati. (bae)
Daerah

22 Pendemo Pati yang Sempat Diciduk, Akhirnya Pulang Bawa Cerita

Agustus 15, 2025
Unik

55 Kasus Kekerasan Polisi dalam 5 Bulan, Kontras: Ini Bukan Insiden, tapi Pola

Agustus 30, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Industri Menambah Tumpukan Masalah di Pesisir
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?