Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Om Shinjo, Badut Semarang yang Hidup dari Tawa Anak
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Kerjo Aneh-aneh

Om Shinjo, Badut Semarang yang Hidup dari Tawa Anak

Nugroho P.
Last updated: Oktober 24, 2025 11:22 am
By Nugroho P.
10 Min Read
Share
Om Shinjo, Badut yang Menyulap Lelah Jadi Tawa Anak
SHARE

SETIAP kali tampil, Om Shinjo berdandan khas badut. Wajahnya disapu putih, hidungnya merah, bibirnya dibuat tersenyum. Rambut warna-warni dan kostum mencolok jadi seragam kerjanya.

Dari balik make up tebal itu, ia bekerja untuk satu hal: membuat orang lain tertawa.

Om Shinjo, begitu anak-anak memanggilnya. Ia menekuni pekerjaan sebagai badut pesta ulang tahun sejak 2012. Meski awal-awal hanya nerima job saat weekend.

“Belum lama, baru tiga belas tahun,” ucapnya sombong setengah bercanda, saat ditanya Lek Slam dalam Podcast Kerjo Aneh-Aneh yang tayang di kanal Youtube Bacaajadotco, Senin (20/10/2025).

Sebelum jadi badut, ia bekerja di sekolah Yayasan Katolik di Semarang. Meski beda dunia, katanya, keduanya punya kesamaan: sama-sama dekat dengan anak-anak.

Semua berawal dari kampung. Waktu itu ia dipercaya jadi ketua karang taruna. Dia berpikir karang taruna itu cuma grubyak-grubyuk, tidak menghasilkan. “Akhirnya saya punya inisiatif bikin party kid, EO buat ulang tahun anak-anak,” tuturnya.

Namun, waktu itu ia belum punya keahlian. “Ndak punya basic badut, ndak punya basic sulap. Pokoknya isinya dolanan selama pesta ulang tahun, fun game, dolanan terus,” katanya sambil tertawa kecil.

Dari situ, pelan-pelan ia belajar. Ia bergabung dengan komunitas sulap untuk menambah ilmu. “Itungannya membangun koneksi teman-teman pesulap supaya bisa belajar sulap,” jelasnya.

Setelah itu, ia mulai berhubungan dengan sanggar badut di Semarang untuk bisa meminjam kostum. “Jadi itu langkah saya, dan semuanya akhirnya mengalir lancar, keterusan,” ujarnya.

Make Up, Kostum, dan Keceriaan

Badut identik dengan make up tebal dan warna-warni. Tapi bagi Om Shinjo, itu semua ada ilmunya. Waktu pertama terjun ke badut, ia dandan asal-asalan. Seiring waktu, ia belajar.

“Proses belajarnya kayak auto. Jadi otomatis mengikuti perkembangan badut. Gabung di komunitas badut se-Indonesia, akhirnya dapat ilmu-ilmu baru, termasuk make up dan kostum,” jelasnya.

Ia rutin ikut workshop untuk memperdalam keahlian. Kini, kostumnya saja dipesan dari Surabaya. Kata dia, semua kostum miliknya, dan semua badut, harus berwarna cerah.

“Karena ide badut itu selalu identik warna-warni, menandakan keceriaan. Kalau warna-warni cerah, anak-anak ikut ceria,” tuturnya.

Om Shinjo paham, dunia badut juga berubah. Kalau dulu badut itu selalu pakai bantal, perutnya besar, sepatunya gede-gede. Tapi sejak muncul komunitas Badut Indonesia, tren mulai bergeser.

Komunitas itu membawa perubahan terhadap style dan gaya badut dari zaman dulu ke sekarang. Terinspirasi juga dari badut luar negeri yang sudah berkembang ke arah modern.

Kini, badut tidak lagi harus berbadan gemuk, tapi cukup ekspresif, interaktif, dan kreatif.

Menjaga Tawa Tetap Hidup

Bagi Om Shinjo, pekerjaannya bukan sekadar tampil di pesta. Tapi menjaga tawa tetap hidup. “Kadang kita lagi capek, tapi tetap harus senyum. Anak-anak enggak boleh tahu kalau badutnya lagi capek,” ujarnya.

Ia percaya, tawa anak-anak adalah energi. Kalau mereka tertawa, rasanya capek hilang. Setelah 13 tahun berdandan warna-warni, ia merasa profesinya bukan sekadar hiburan. Tapi panggilan hati.

Selain itu, badut bukan hanya soal tampil ceria. “Untuk jadi badut profesional itu selain dia harus ceria terus, dia juga harus punya skill,” kata Om Shinjo.

Ia menyebut banyak orang tertarik jadi badut karena terlihat menjanjikan. Tapi sayangnya, tidak semua dibekali kemampuan.

Om Shinjo selaku badut profesional kadang resah karena sering disamakan dengan badut pengamen. Ia paham, secara formal memang tidak ada pakem baku untuk badut. Tapi ada beda antara badut yang punya skill dan yang cuma joget-joget.

Menurutnya, badut profesional minimal harus bisa sulap atau juggling. “Itu yang membedakan badut profesional dengan badut yang cuma pakai kostum pengamen,” jelasnya.

Peran Komunitas Badut

Di Semarang, Om Shinjo bergabung dengan Badut Semarang Community atau Basscom. Komunitas ini jadi rumah bagi para badut profesional yang ingin berkembang bersama.

“Memang harus ada edukasi ya. Ini fungsinya komunitasnya Badut Semarang Community,” ujarnya.

Basccom punya banyak anggota, tapi kini tersisa yang benar-benar aktif. Menurutnya, sekarang anggota aktif Bascom tinggal sekitar 11 orang.

“Yang benar-benar solid. Yang bergabung itu diharapkan yang benar-benar pengin membesarkan komunitas tanpa pikiran saling bersaing,” katanya.

Setiap bulan, mereka rutin mengadakan pertemuan. Basccom juga punya program sosial tahunan bernama Basccom Menyapa Warga. Salah satu kegiatan andalannya adalah pesta ulang tahun gratis.

“Program ini buat anak-anak yang belum pernah ngerasain perayaan ulang tahun,” ujarnya.

Anak-anak yang terpilih biasanya berasal dari keluarga kurang mampu. Nanti ada seleksi dan semuanya gratis. Goody bag buat 50 sampai 100 anak komunitas yang nyiapin, termasuk hiburannya.

Kadang acara itu diadakan saat ulang tahun Basccom, kadang bertepatan dengan 17-an. Waktunya enggak pasti, tapi setahun pasti ada program itu.

Ramai Job Badut

Menjelang liburan sekolah, dunia badut jadi sibuk. “Biasanya di liburan sekolah sama akhir tahun. Jadi bulan Juni, Juli, sama Desember-an itu bisa lebih banyak job,” kata Om Shinjo.

Setiap akhir pekan juga ramai. “Kalau bahasa kami, hari raya badut itu Sabtu Minggu. Pasti ada job,” ujarnya.

Di hari biasa pun kadang masih bisa nambah job tambahan. Pernah, dalam satu hari ia tampil di tiga tempat. “Cuma yang repot kita sendiri ya. Kecacalan, kemrungsung, jadi perform di tempat itu enggak maksimal,” katanya.

Kini, ia membatasi diri maksimal dua job per hari. Kalau ada job masuk lagi, ia tawarkan partner. Salah satu fungsi komunitas itu juga untuk saling lempar job kalau pas double.

Setiap tampil di dua lokasi berbeda, ia pasti bawa dua kostum. “Saya ganti biasanya. Jadi kalau ada job pagi-sore, siap bawa dua kostum,” ujarnya.

Dan yang unik, Om Shinjo punya cara sendiri untuk membuat anak-anak tidak takut badut. Dia selalu dandan di lokasi.

“Kadang ada anak yang takut badut. Nah, salah satu trik saya ya dandan di depan anaknya. Supaya dia enggak takut. Itu hampir 60 persen jitu,” bebernya.

Cerita di Balik Tawa Badut

Dunia badut enggak selalu lucu. Di balik tawa dan tepuk tangan, kadang ada adegan yang malah bikin kikuk, bahkan nangis. Om Shinjo pernah mengalami hal itu.

“Pernah. Apalagi kalau anaknya takut badut,” katanya sambil tertawa kecil.

Ia bercerita, kadang justru saat pesta ulang tahun, anak yang seharusnya jadi bintang acara malah menjerit histeris melihat kostum dan make up badut.

“Tapi saya mikirnya gini, kalau diundang ke pesta itu tujuannya bukan cuma buat anaknya. Tapi buat tamu-tamunya,” ujarnya.

Menurutnya, ketika anak yang ulang tahun menangis, bukan berarti pesta gagal. Ya sudah, itu urusan orang tuanya. Dia fokus hibur tamu undangannya.

Dari situlah ia belajar, target hiburan bukan cuma anak-anak, tapi juga emak-emaknya. “Kalau emak-emaknya terhibur, mereka bakal inget kita. Itu promosi terbaik,” katanya.

Harga Tawa Satu Setengah Jam

Bicara soal tarif, ternyata dunia badut juga punya “aturan main” sendiri. Di Badut Semarang Community (Basscom), ada yang disebut harga eceran terendah, semacam standar etika biar enggak banting harga sesama rekan.

“Rata-rata Rp500 ribu, itu sudah untuk 1 jam sampai 1,5 jam. Termasuk foto-foto, kadang ada trik sulap atau akrobat,” jelasnya.

Harga itu berlaku di kalangan Basscom saja. Di luar komunitas, tarif bisa beda-beda. “Kita enggak bisa melarang, karena ya urusan perut tiap orang kan beda,” ujarnya jujur.

Selain tampil tunggal, banyak juga yang menawarkan paket lengkap. Biasanya ada paket dekorasi, MC, sama goody bag. Kadang malah sampai kue tart dan dokumentasi.

Harga paling tinggi bisa tembus Rp3 juta, tentu dengan fasilitas lengkap, termasuk konsumsi anak dan dekorasi.

Beberapa badut bahkan punya sound system sendiri. “Biar enggak repot nyewa. Ada juga yang nambah harga kalau sekalian bawa sound,” tambahnya.

Tantangan dan Prospek Badut

Perubahan zaman ternyata juga menyentuh dunia badut. “Suhu saya dari Jogja pernah bilang, jadi badut itu never ending sinau,” ujar Om Shinjo.

Prinsip itu yang terus dipegangnya, belajar menyesuaikan diri dengan teknologi, terutama media sosial. Dulu setiap tampil ia butuh tukang edit video, sekarang cukup pakai ponsel.

“Harus terus belajar, bahkan sekarang saya bisa bikin lagu sendiri buat pengiring Om Shinjo,” ujarnya bangga. Lagu itu dibuat lewat aplikasi musik digital, hasil eksplorasinya sendiri tanpa bantuan studio.

Meski sudah paham pentingnya promosi digital, Om Shinjo belum tertarik jadi content creator. “Live TikTok belum pernah. Dulu sempat live Facebook, cuma buat kasih tahu teman badut lain, tapi sekarang sudah enggak pernah,” katanya.

Monetisasi media sosial juga belum ia jalani. “Pengen sih, tapi kok ribet. Teman-teman yang nyoba pada stres,” ujarnya tertawa.

Meski dunia digital menggoda, Om Shinjo tetap setia di jalur klasik: tampil langsung di depan penonton. Di luar panggung, ia juga menekuni usaha kecil membuat kriya.

Bagi Om Shinjo, masa depan badut bukan tentang bersaing dengan teknologi, tapi bagaimana menungganginya. “Yang penting tetap sinau, terus belajar,” tutupnya. (bae/*)

You Might Also Like

Cerita Ayu dan Ana Merias Mereka yang Tak Lagi Bernapas

Langit Tak Selalu Muram di Tangan Lek Joko Sang Pawang Hujan

Mas Septa Penjaga Kenangan Masa Kecil: Koleksi Ribuan Item Mainan Jadul dari ‘Lorong Waktu’

Emosi di Jalan Pahlawan Berujung Jeruji

Kerjo Aneh-aneh: Bakul Jamu Unik, Jualan Sambil Nyanyi dan Live TikTok

TAGGED:badutbadut profesionalbadut semarangheadinekerjo aneh anehOm shinjo
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Satgas Pangan Sidak, Harga Beras Naik Diam-Diam
Next Article Baut Gerak di Sayap Lion Air, Netizen Panik Duluan

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa.

Menkeu Purbaya Ogah Ikut Campur Utang Whoosh: Biarin Aja!

Naga Tapa Naik Panggung, Batik Purbalingga Unjuk Gigi

Kantong Semar Bikin Zombi Betulan, Horor Lokal Makin Mendunia

Dua Tragedi Tol Maut Renggut 7 Nyawa di Jateng

Divonis Bersalah Tapi Tak Perlu Masuk Penjara Lagi, Kok Bisa?

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi saat mendiskusikan persoalan sumur minyak tua di Jateng bersama SKK Migas Jabanusa, Kamis (11/9/2025). Di Jawa Tengah terdapat sekitar 5.300 sumur minyak tua siap dioptimalkan menjadi “ATM energi” sesuai Permen ESDM No. 14/2025. Pemerintah dan SKK Migas mendorong pengelolaan sumur oleh BUMD, KUD, atau UMKM dengan teknologi tepat guna, demi meningkatkan PAD dan swasembada energi secara aman.. Foto: dok/humas
DaerahEkonomi

5.300 Sumur Minyak di Jateng Siap Balik Jadi ATM Energi

September 11, 2025
Eldea bersama Ruth, seekor anjing labrador pelacak narkotika milik Bea Cukai Jateng-DIY.
Kerjo Aneh-aneh

Cerita Eldea si Pawang Anjing Pelacak Bea Cukai yang Ditakuti Bandar Narkoba

September 22, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Om Shinjo, Badut Semarang yang Hidup dari Tawa Anak
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?