DI TENGAH maraknya informasi seputar kesehatan perempuan, tak sedikit mitos yang berkembang tanpa dasar ilmiah. Salah satu kabar yang masih beredar adalah anggapan bahwa mengonsumsi teh bisa membuat rahim menjadi kering dan menyulitkan kehamilan. Tapi, benarkah demikian?
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RS Cipto Mangunkusumo, dr. Achmad Kemal Harzif, SpOG(K), membantah klaim tersebut. Ia menegaskan bahwa tidak ada bukti medis yang menunjukkan bahwa teh bisa merusak atau mengeringkan rahim.
“Rahim perempuan itu memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tidak ada kaitannya dengan konsumsi teh,” ujar dr. Kemal saat ditemui di Jakarta pada Senin (26/5).
Ia menjelaskan bahwa tidak ada hubungan langsung antara teh dan kesuburan wanita. Kandungan dalam teh tidak serta-merta mengubah fungsi organ reproduksi.
Namun demikian, dr. Kemal mengakui ada latar belakang dari munculnya anggapan ini. Salah satunya berkaitan dengan peran zat besi bagi tubuh, khususnya bagi perempuan usia subur.
Kandungan tanin dalam teh diketahui bisa menghambat penyerapan zat besi di saluran pencernaan. Jika dikonsumsi berlebihan, teh berpotensi membuat penyerapan zat besi menjadi kurang optimal.
“Zat besi sangat vital, terutama dalam produksi sel darah merah. Kekurangan zat besi bisa berdampak pada kesehatan reproduksi secara keseluruhan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa asupan zat besi dari pola makan masyarakat Indonesia umumnya masih tergolong rendah. Bila kebiasaan ini diperburuk dengan minum teh secara terus-menerus, risiko anemia defisiensi besi pun meningkat.
Jadi, bukan teh yang secara langsung ‘mengeringkan rahim’, melainkan efek tidak langsung akibat kekurangan zat besi yang bisa mengganggu fungsi tubuh, termasuk sistem reproduksi.
Sebagai langkah pencegahan, dr. Kemal menyarankan untuk mengatur konsumsi teh dengan bijak. Teh tetap aman dikonsumsi, asalkan tidak menggantikan asupan utama cairan tubuh yaitu air putih.
“Usahakan beri jeda waktu antara makan dan minum teh, minimal satu jam. Dengan begitu, penyerapan zat besi bisa tetap maksimal,” sarannya.
Ia juga menekankan pentingnya pola makan seimbang agar kebutuhan nutrisi, termasuk zat besi, tetap tercukupi setiap hari. (*)