BACAAJA, PURBALINGGA – Para guru madrasah di Purbalingga akhirnya angkat suara. Bukan untuk demo besar-besaran, tapi buat memastikan perjuangan mereka nggak cuma berhenti di ruang kelas. Selasa (28/10/2025), rombongan dari Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) dateng langsung ke kantor DPRD Purbalingga.
Agenda mereka jelas: minta perhatian lebih buat kesejahteraan yang selama ini terasa timpang. Karena ya gimana, ngajar puluhan tahun tapi status masih “kontrak rasa pengabdian” itu pahit banget.
Kedatangan mereka disambut Ketua DPRD Purbalingga HR. Bambang Irawan bareng jajaran. Obrolannya cukup serius, tapi tujuannya sederhana: pengabdian guru madrasah juga harus dihargai.
Sekretaris PGSI Purbalingga, Suparmo, jadi corong keresahan. Katanya, banyak guru yang udah mau pensiun tapi belum pernah merasakan diangkat jadi ASN atau minimal PPPK. Sementara di sekolah negeri, status itu kadang datang lebih cepat.
“Guru madrasah juga berhak disejahterakan dong,” kira-kira begitu isi suara mereka. Karena kalau profesi ini terus disepelein, generasi muda bisa enggan ngelanjutin perjuangan mencerdaskan lewat madrasah.
Yang bikin makin greget, aspirasi ini sudah berkali-kali dilempar ke pemerintah pusat tapi selalu mental balik ke daerah. Jadi mereka sepakat: saatnya langsung ke pintu utama.
Rencananya Kamis (30/10/2025), para guru madrasah se-Indonesia bakal berangkat ke Jakarta buat audiensi di Istana Presiden. Mereka berharap pulang bawa kabar manis, bukan sekadar janji.
Mereka juga menyebut daerah lain udah mulai ngasih perhatian meski nggak besar-besar amat. Setidaknya itu bentuk penghargaan nyata. Harapannya, Purbalingga bisa ikut ambil langkah serupa.
Ketua DPRD Bambang Irawan langsung nyambut baik aspirasi ini. Ia bilang bakal nunggu hasil pertemuan dengan Presiden Prabowo dulu, baru nanti dibahas bareng Dinas Pendidikan dan Kemenag untuk cari jalan keluarnya.
DPRD pun janji ikut kawal supaya kesejahteraan guru madrasah bisa masuk pembahasan RAPBD 2026. Nggak mau lagi ada istilah pengabdian jalan, tapi hidup mandek di tempat.
Intinya, suara guru madrasah jangan sampai cuma lewat angin. Mereka udah terlalu lama diem dan berharap — sekarang waktunya hasil yang bicara. (*)


