BACAJA, SEMARANG – Cuaca di Semarang dan Grobogan vibes-nya lagi nggak asik. Hujan deras nonstop bikin beberapa wilayah kebanjiran sejak Rabu (22/10). Buat ngatasin itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) langsung gaspol dengan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
Pesawat Cessna Caravan PK-SNM udah mendarat di Bandara Ahmad Yani pada Jumat (24/10) malam, dan mulai “menyemai” awan sejak Sabtu (25/10). Total ada 10 ton natrium klorida (NaCl) dan 2 ton kalsium oksida (CaO) yang bakal ditebar dalam beberapa kali terbang.
“Fokusnya memindahkan hujan dari area banjir ke lokasi yang lebih aman, terutama di hulu Sungai Tuntang dan Lusi,” kata Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto.
Operasi ini dilakukan bareng BMKG, BRIN, TNI AU, dan BPBD Jawa Tengah. Mereka bareng-bareng ngecek peta awan dan menentukan titik semai yang paling pas.
BMKG bilang, curah hujan tinggi diprediksi masih lanjut sampai awal November karena fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby ekuatorial. Jadi, OMC kemungkinan jalan selama 3–5 hari.
Walau OMC terdengar “futuristik”, sebenarnya ini bukan hal baru. Teknologi ini udah dipakai sejak akhir 1970-an, awalnya buat bantu irigasi, sekarang jadi salah satu cara mitigasi banjir di daerah rawan.
Tapi tenang dulu, OMC bukan solusi permanen. “Banjir ini masih dipicu tata ruang yang padat, sedimentasi sungai, dan sistem drainase yang udah menua,” tegas Abdul Muhari, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB.
Semarang dan Grobogan Kebanjiran
Di Kota Semarang, genangan muncul cepat karena drainase nggak kuat nampung debit air. Sungai Tenggang juga ikut meluap. Titik banjir tersebar di Bangetayu Kulon (20–50 cm), Banjardowo, Gebangsari, sampai Genuksari (15–60 cm).
Kondisi makin krusial di Jalan Nasional Kaligawe. Air setinggi setengah meter bikin lalu lintas stuck dan truk-truk nginep sampai 24 jam lebih. Di depan RSI Sultan Agung, air mencapai 80 cm dan bikin pasien harus dievakuasi.
Totalnya, lebih dari 38 ribu warga terdampak di Kecamatan Genuk dan Pedurungan. Sampai Jumat (24/10) malam, belum ada laporan warga mengungsi.
Di Grobogan, banjir udah main lebih dulu sejak Selasa (21/10). Penyebabnya? Hujan ekstrem, luapan lima sungai besar, plus tanggul yang jebol di dua titik.
BPBD setempat catat 2.263 rumah terdampak di 28 desa. Ketinggian air bervariasi, dari setinggi lutut sampai pinggang orang dewasa. Sawah juga ikut korban, total 285 hektare terendam.
Yang bikin ngeri, tanggul Kali Tuntang di Desa Rowosari, Gubug, jebol sepanjang 10 meter dan mengancam rel kereta Jakarta–Surabaya. Petugas PT KAI, BBWS, dan BPBD langsung turun buat penanganan darurat. (*)


