Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Bendera ‘One Piece’ Luffy, Tanda Negara Tak Baik-Baik Saja
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Unik

Bendera ‘One Piece’ Luffy, Tanda Negara Tak Baik-Baik Saja

Pengibaran bendera One Piece harus dibaca sebagai tanda zaman. Ini adalah ekspresi keresahan yang muncul dari generasi yang jenuh dengan retorika kosong, muak melihat hukum yang berat ke bawah ringan ke atas, dan ingin keadilan dengan cara damai. Melarang bendera ini bukan hanya tindakan berlebihan, tetapi juga menandakan bahwa negara semakin jauh dari rakyatnya.

baniabbasy
Last updated: Agustus 4, 2025 12:40 am
By baniabbasy
6 Min Read
Share
Ilustrasi: Bendera One Piece yang tiba-tiba marak berbarengan dengan pemasangan Bendera Merah Putih menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 tahun 2025 meresahkan pemerintah.
Ilustrasi: Bendera One Piece yang tiba-tiba marak berbarengan dengan pemasangan Bendera Merah Putih menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 tahun 2025 meresahkan pemerintah.
SHARE

BELAKANGAN marak fenomena pemasangan bendera bergambar tengkorak bertopi ala One Piece di sejumlah daerah di Indonesia. Mulai dari pinggiran kota hingga pelosok desa, bendera yang identik dengan lambang bajak laut Straw Hat—tokoh utama dalam serial anime Jepang One Piece—dikibarkan oleh warga biasa.

Sekilas ini tampak seperti ekspresi penggemar budaya pop semata. Namun, jika diamati lebih dalam, fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari gelombang keresahan sosial masyarakat terhadap situasi ketimpangan, ketidakadilan hukum, dan maraknya budaya korupsi yang telah begitu lama mencengkeram negeri ini.

Bendera tengkorak bertopi jerami bukan sekadar hiasan. Ia telah menjelma menjadi simbol perlawanan rakyat kecil terhadap dominasi dan arogansi kekuasaan. Monkey D. Luffy, tokoh utama One Piece, digambarkan sebagai sosok idealis, pemimpin bajak laut yang menentang tirani, membela yang lemah, dan tidak tunduk pada sistem yang korup.

Nilai-nilai inilah yang tanpa sadar menggugah sebagian rakyat Indonesia—terutama yang selama ini merasa terpinggirkan dan tak didengar oleh negara—untuk mengibarkan simbol tersebut sebagai bentuk ekspresi batin: perlawanan diam terhadap realitas sosial yang makin timpang.

Ironisnya, respon pemerintah terhadap maraknya pengibaran bendera ini justru menunjukkan betapa negara masih alergi terhadap simbol-simbol perlawanan, meski dalam bentuk budaya populer.

Seperti yang terjadi di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Seorang warga didatangi aparat gabungan dari TNI, polisi, ASN, hingga perangkat desa hanya karena memasang bendera One Piece di atap rumahnya. Pendekatan represif semacam ini semakin memperkuat kesan bahwa negara lebih takut pada simbol ketidakpuasan rakyat ketimbang memperbaiki akar persoalan yang menimbulkan keresahan itu sendiri.

Fenomena ini juga menjadi cermin bahwa masyarakat haus akan simbol yang mewakili keberanian melawan sistem yang timpang. Ketika hukum terasa tajam ke bawah dan tumpul ke atas, ketika pelaku korupsi kelas kakap hanya ditahan sebentar lalu bebas, sementara pencuri ayam dihukum berat, maka rakyat pun mencari cara untuk menyuarakan ketidakadilan itu. Bendera bajak laut Straw Hat bukan karena ingin mengglorifikasi kejahatan, melainkan karena karakter-karakter dalam One Piece sering kali lebih adil, jujur, dan berani ketimbang pemimpin fiktif maupun nyata dalam sistem pemerintahan kita.

Pemerintah seharusnya tidak fokus pada pelarangan simbol. Yang lebih penting adalah memahami pesan sosial di baliknya: ketidakpuasan rakyat terhadap kondisi negeri ini. Ketika bendera Luffy berkibar, bukan karena rakyat ingin jadi bajak laut, tapi karena mereka merasa ditinggalkan oleh pemimpinnya, dan sedang mencari keadilan dengan cara mereka sendiri.

“Bendera itu adalah isyarat: negeri ini sedang tidak baik-baik saja.”

Pemerintah Mulai Panik

Perlu dipahami, bendera bajak laut dalam konteks ini bukanlah lambang kejahatan atau tindakan makar. Ia adalah simbol dari perlawanan terhadap sistem yang timpang, ketidakadilan hukum, dan korupsi yang merajalela.

Tokoh utama One Piece, Monkey D. Luffy, adalah pemuda idealis yang menolak tunduk pada sistem yang korup, memperjuangkan kebebasan, dan berdiri di pihak yang tertindas. Tak heran bila simbol ini kemudian diadopsi secara simbolik oleh sebagian masyarakat sebagai bentuk kritik diam terhadap realitas Indonesia hari ini.

Menanggapi hal ini, Menteri HAM Natalius Pigai menyatakan bahwa pelarangan pemasangan bendera One Piece oleh pemerintah ‘bukanlah sebagai bentuk pelanggaran HAM’. Pernyataan ini, meskipun sah secara administratif, patut dipertanyakan secara substansial.

Memang benar bahwa negara punya hak mengatur simbol-simbol di ruang publik, tapi ketika tindakan tersebut digunakan untuk meredam ekspresi kritik sosial tanpa kekerasan, tidakkah itu justru bertentangan dengan semangat hak asasi itu sendiri?

Memang, secara normatif, negara memiliki wewenang untuk mengatur simbol-simbol yang digunakan di ruang publik. Namun jika ekspresi masyarakat tersebut tidak mengandung kekerasan, tidak bermuatan separatisme, dan hanya sebatas bentuk sindiran atau protes sosial yang damai, maka pelarangan semacam itu justru bisa dianggap sebagai bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berekspresi, nilai yang dijunjung tinggi dalam demokrasi.

Di negara demokratis, ekspresi budaya pop sering menjadi medium aman untuk menyampaikan keresahan politik dan sosial. Ketika suara rakyat tak terdengar lewat jalur formal, maka budaya populer menjadi ruang alternatif untuk berbicara. Bendera One Piece bukan simbol kekacauan, tapi simbol bahwa rakyat sedang berbicara lewat bahasa yang bisa mereka akses—bahasa simbol, bahasa perlawanan yang tidak membakar ban atau menyerang kantor pemerintahan, tapi cukup dengan mengibarkan sehelai kain.

Yang lebih menyedihkan, pemerintah terlihat lebih sigap menindak pemasangan bendera fiksi dibanding menindak nyata para koruptor, mafia tambang, atau penyalahguna kekuasaan yang merugikan negara miliaran rupiah. Ketika simbol kritik dibungkam, sementara simbol penindasan dibiarkan bebas, maka negara sedang kehilangan arah dan kepekaan sosialnya.

Jika pemerintah bijak, mereka seharusnya tidak melarang bendera itu. Sebaliknya, mereka perlu bertanya: mengapa rakyat lebih percaya pada simbol bajak laut fiksi ketimbang pada simbol negara? Mengapa Luffy menjadi panutan moral di tengah krisis kepercayaan publik terhadap pemimpin?

Pengibaran bendera One Piece harus dibaca sebagai tanda zaman. Ini adalah ekspresi keresahan yang muncul dari generasi yang jenuh dengan retorika kosong, muak melihat hukum yang berat ke bawah ringan ke atas, dan ingin keadilan dengan cara damai. Melarang bendera ini bukan hanya tindakan berlebihan, tetapi juga menandakan bahwa negara semakin jauh dari rakyatnya.

Jika dibiarkan, pembungkaman semacam ini hanya akan memperluas jurang ketidakpercayaan. Dan jangan heran bila suatu hari, rakyat tak lagi mengibarkan bendera anime, tetapi menyiapkan bentuk perlawanan yang lebih nyata. Karena setiap simbol yang dibungkam hanya akan melahirkan protes yang lebih besar.(*)

You Might Also Like

Lagi Hype! Toner Air Beras Jadi Andalan Skincare, Efektif atau Cuma Tren?

BPI Danantara Disuntik Modal Asing 10 Miliar USD, Rosan: dari Bank Luar Negeri

Aipda Robig Minta Maaf kepada Ayah Korban Penembakan di Hadapan Hakim

Gubernur: Polri Harus Dekat dengan Rakyat, Bukan Berjarak

Pulau-Pulau Kecil Indonesia Dijual Puluhan Miliyar di Situs Asing?

TAGGED:kibarkan bendera one pieceOne Pieceopini narakitaWarga digeruduk aparat karena pasang bendera one piece
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Warga Tuban didatani aparat gabungan setelah bendera One Piece dikibarkan di atap rumahnya. Kibarkan Bendera One Piece, Rumah Warga Tuban ‘Diserbu’ Aparat Gabungan
Next Article Presiden ke-6 RI, Bambang Susilo Yudhoyono (SBY). Berikut Pemimpin Negara Yang Meletakkan Diri di Atas Hukum Negara

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Nawal Yasin Dorong Muslimat NU Terus Bersinergi Bangun Jateng

Agustina Tanam Batu, Nyalain Ekonomi Rakyat

Bos-Bos Tionghoa Diminta Gas Ekonomi Jateng

Duit Seret, Semangat Tetep Ngegas

Korupsi, Tiga Doktor UGM Bakal Diadili di Semarang

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Fauqi Hadipekso, anak mantan Ketua Umum PKB Matori Abdul Djalil.
Unik

Gus Alam PKB Meninggal, Siapa yang Berpeluang Gantikan Posisinya di DPR RI?

Mei 6, 2025
Unik

Dulu Bersinar, Kini Tong Sam-chong Nasibnya Begini

Oktober 18, 2025
Unik

Puan Tegaskan Pembahasan RUU KUHAP Terbuka dan Tidak Terburu-buru

Juli 15, 2025
Kondisi banjir rob yang menggenang di sebagian wiayah pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak yang terus mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Banjir dan rob ini, terjadi karena selain faktor alam (perubahan iklim) juga karena faktor kesalahan manusia mengelola alam. Foto: ilustrasi banjir Semarang
Sirkular

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global Picu Peningkatan Rob di Pesisir. Apa Yang Harus Dilakukan?

Juli 20, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Bendera ‘One Piece’ Luffy, Tanda Negara Tak Baik-Baik Saja
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?