BACAAJA, SEMARANG- Anak sekarang katanya gampang burnout, gampang cemas, dan susah lepas dari layar. Nah, biar nggak makin parah, Pemkot Semarang, RSWN, KNPI, dan Fakultas Psikologi Undip kompak bikin gerakan keren bernama Pijar alias Pemuda Peduli dan Jaga Kesehatan Mental Remaja.
Gerakan ini diluncurkan di Ballroom Paviliun Amarta RSWN, Selasa (14/10), barengan sama seminar bertema “Scroll With Care: Remaja, Media Sosial, dan Kesehatan Mental.” Pesertanya bukan kaleng-kaleng, ada 90 guru BK SMP se-Kota Semarang, 20 pengurus KNPI, dan 10 mahasiswa Psikologi Undip yang siap jadi pendamping remaja.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, bilang kalau remaja sekarang hidup di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan sosial. “Kadang kita cari validasi sosial dari layar kecil di tangan kita. Kalau nggak ada pendampingan, anak-anak bisa kehilangan arah,” ujarnya.
Menurut Agustina, peran guru BK dan sekolah itu penting banget. Bukan cuma ngurus nilai, tapi juga jadi tempat aman buat curhat dan menjaga keseimbangan mental siswa.
Sementara itu, Direktur RSWN dr Eko Krisnarto, Sp.KK bilang, data Kemenkes menunjukkan lebih dari 35 juta orang Indonesia ngalamin depresi, dan sebagian besar dari mereka masih remaja. Makanya, RSWN bikin alat deteksi dini digital bernama Sultan Mataram yang bisa diakses di aplikasi MyRSWN. Dari 6.000 siswa yang udah ikut skrining, 720 di antaranya ternyata butuh pendampingan psikolog.
Afirmasi Positif
Ketua KNPI Kota Semarang Yohana Citra Mahardika (Citra) juga menegaskan, Pijar bukan cuma seremonial. “Habis seminar, kita bakal keliling SMP di Semarang bareng BEM Psikologi Undip. Kita ajak mereka sharing, main, dan saling kasih afirmasi positif,” katanya.
Citra pengin pastiin nggak ada remaja yang ngerasa sendirian menghadapi tekanan hidup. “Pijar ini hadir sebagai teman, bukan cuma program,” tambahnya. Seminar juga menghadirkan beberapa narasumber, seperti dr Yulia Ratna Sofa, CVR Abimanyu, dan Yanuarisca NC Pratiwi, yang ngebahas mulai dari layanan rehabilitasi mental, efek media sosial, sampai peran anak muda dalam ngebangun kesadaran soal kesehatan jiwa.
Lewat Pijar, Pemkot Semarang dan para mitranya pengin buktiin kalau peduli sama kesehatan mental itu bukan tren, tapi kebutuhan. “Kami ingin anak-anak tumbuh bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat secara mental,” tutup Agustina. (tebe)