BACAAJA, JAKARTA — Nama Muhammad Syaeful Mujab, anak muda asal Tegal yang juga Ketua Indonesian Youth Diplomacy (IYD), baru aja jadi sorotan di forum internasional ASEAN for Peoples Conference.
Bersama perwakilan muda dari Singapura dan Filipina, Mujab ngobrol soal topik yang super relevan: masa depan kerja di era AI dan teknologi yang makin canggih.
Menurut Mujab, perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan itu kayak dua sisi mata uang —satu sisi ngasih banyak peluang, tapi di sisi lain bisa juga bikin kesenjangan makin lebar.
“Teknologi sekarang belum dirasain merata, baik secara wilayah maupun sosial ekonomi,” ujarnya di depan peserta konferensi.
Mujab ngangkat isu yang sering luput: masih banyak kelompok yang belum bisa “ikut main” di dunia digital, terutama perempuan dan masyarakat desa yang kesulitan akses internet dan teknologi.
“Kita gak bisa cuma fokus ke skill digital, tapi juga harus mikirin kebijakan biar semua orang bisa dapet kesempatan yang sama. Teknologi tuh harusnya jadi jalan buat buka peluang, bukan malah bikin jurang sosial makin lebar,” jelasnya.
Selain ngomongin soal digital gap, Mujab juga ngingetin soal pekerja muda yang masih banyak nyemplung di sektor informal tanpa perlindungan yang jelas.
“Anak muda tuh sekarang banyak kerja serabutan atau freelance tanpa jaminan. Pemerintah harus hadir buat lindungin mereka,” tegasnya.
Forum ASEAN for Peoples Conference sendiri jadi ajang kumpul komunitas masyarakat sipil terbesar di Asia Tenggara. Ada perwakilan dari 11 negara yang hadir, dengan agenda ngobrol bareng soal masa depan kawasan dari sisi rakyat — bukan cuma pemerintah.
Acara ini digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), komunitas diplomasi yang digagas Dino Patti Djalal. Beberapa tokoh ternama juga ikut nimbrung, mulai dari Pita Limjaroenrat (eks parlemen Thailand), Anies Baswedan, Sandiaga Uno, sampai Anthea Ong dari Singapura.
Mujab sendiri berharap lewat forum kayak gini, suara anak muda Indonesia bisa makin terdengar di level ASEAN.
“Anak muda gak boleh cuma jadi penonton di era digital. Kita harus jadi pemain, pembuat kebijakan, dan penentu arah masa depan kita sendiri,” tutupnya. (*)