BACAAJA, MERAUKE – Tim Ekspedisi Patriot (TEP) IPB University mengadakan kegiatan Forum Group Discussion (FGD) pada 29-30 September 2025. Kegiatan ini berkolaborasi dengan TEP dari perguruan tinggi lain, yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Universitas Padjadjaran.
Bahasan TEP IPB University terfokus pada potensi pengembangan komoditas sagu di Kawasan Transmigrasi Salor, Kabupaten Merauke, Papua Selatan. FGD ini menjadi bagian penting dari upaya pemetaan dan perancangan desain pengembangan komoditas unggulan spesifik wilayah yang tengah dilakukan oleh tim TEP IPB.
Menurut Koordinator Lapangan, Muhamad Husni Tamami, kegiatan FGD ini disiapkan dengan matang melalui koordinasi lintas pihak, termasuk dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Merauke.
“FGD ini menjadi ruang bersama untuk mendengar langsung pandangan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan mengenai sagu, dari pengelolaan, tantangan, hingga peluang pengembangannya,” ujar Husni.
Sebelum pelaksanaan FGD, tim TEP IPB melakukan kunjungan ke sejumlah distrik seperti Kurik, Malind, Tanah Miring, Jagebob, dan Semangga. Kunjungan ini bertujuan menggali data dan informasi tentang persebaran tanaman sagu, adat istiadat dalam pengelolaannya, serta kendala yang dihadapinya.
“Kami menemukan bahwa hampir di setiap distrik, terutama kampung-kampung lokal, terdapat pohon sagu yang tumbuh alami, namun sebagian besar belum dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan alat dan waktu panen yang panjang,” tambahnya.
Husni menegaskan bahwa pengembangan sagu di kawasan transmigrasi tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga budaya dan keberlanjutan. “Sagu bukan sekadar komoditas pangan, melainkan bagian dari identitas masyarakat Papua, terutama suku Marind. Melalui FGD ini, kami ingin memastikan pengembangannya dilakukan secara inklusif dan berbasis kearifan lokal,” jelasnya.
Kegiatan ini menjadi langkah penting bagi TEP IPB dalam menyusun rancangan pengembangan sagu sebagai komoditas unggulan spesifik kawasan di Salor. Ke depan, hasil FGD akan menjadi dasar penyusunan rekomendasi kebijakan dan strategi penguatan ekonomi berbasis pangan lokal di Papua Selatan. (*)