BACAAJA, SIDOARJO – Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, mendadak berubah mencekam pada Senin (29/9/2025). Bangunan bertingkat yang masih dalam proses pembangunan tiba-tiba ambruk saat pengecoran lantai paling atas sedang berlangsung.
KH Abdus Salam Mujib, pengasuh ponpes, akhirnya angkat bicara. Ia menjelaskan kalau sejak pagi para pekerja melakukan pengecoran dan selesai sekitar pukul 12 siang. “Ini sebenarnya cor yang terakhir, tinggal atapnya aja,” ungkapnya.
Meski sempat dipakai untuk sholat di lantai dasar, Abdus Salam memastikan kalau lantai atas belum ditempati santri karena memang masih tahap pembangunan. “Bangunan baru tiga lantai, rencananya sampai empat lantai. Atasnya kosong, tapi bawah sudah dipakai untuk musala,” jelasnya.
Namun nahas, saat musibah itu terjadi ada jamaah Salat Asar di lantai dasar. KH Abdus Salam mengaku tidak tahu persis jumlahnya. “Mungkin ratusan, saya juga tidak di lokasi saat kejadian,” katanya.
Soal penyebab ambruknya bangunan, Abdus Salam menduga ada masalah di penopang cor. “Sepertinya penopang cor nggak pas, jadi langsung ambrol ke bawah,” tambahnya. Meski begitu, ia menekankan agar musibah ini diterima dengan sabar. “Ini takdir dari Allah, semoga diganti dengan yang lebih baik.”
Data terbaru menyebut ada 100 santri jadi korban. Dari jumlah itu, 99 berhasil selamat, sementara 1 orang meninggal dunia.
Nanang Sigit, Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, yang juga bertindak sebagai SAR Mission Coordinator, menjelaskan kalau delapan santri berhasil dievakuasi dari reruntuhan dalam kondisi hidup. “Tujuh korban ketemu Senin malam, satu lagi baru berhasil dievakuasi Selasa dini hari jam 01.58,” jelasnya.
Tim SAR langsung membawa korban ke beberapa rumah sakit di Sidoarjo, mulai dari RSUD Notopuro, RS Delta Surya, sampai RSI Siti Hajar untuk mendapatkan perawatan intensif.
Menurut data sementara, 91 santri sempat menyelamatkan diri sendiri, ditambah 8 orang yang dievakuasi tim SAR, sehingga total selamat ada 99 orang. Sementara satu santri dinyatakan meninggal dunia akibat tertimpa material bangunan.
Evakuasi sendiri berlangsung dramatis. Material cor beton yang berat dan kondisi bangunan yang tidak stabil bikin proses SAR penuh risiko. “Keselamatan tim tetap jadi prioritas, tapi kami berusaha maksimal untuk menyelamatkan korban,” tegas Nanang.
Operasi ini melibatkan ratusan personel gabungan dari berbagai instansi: BPBD Jawa Timur, BPBD kabupaten/kota sekitar, TNI, Polri, PMI, Damkar, hingga puluhan relawan. Mereka juga dibantu peralatan khusus seperti alat ekstrikasi, SCBA, dan perlengkapan medis lapangan.
Hingga berita ini ditulis, proses pembersihan reruntuhan dan pencarian lanjutan masih berlangsung. Sidoarjo berduka, tapi semangat gotong royong dari tim SAR dan relawan terus jadi harapan agar insiden ini bisa ditangani secepat mungkin. (*)