BACAAJA, BANDUNG – Energi panas bumi alias geotermal lagi jadi bahan obrolan serius di Komisi XII DPR RI. Dua tokoh DPR, Bambang Patijaya (Golkar) dan Dony Maryadi Oekon (PDI-P), kompak menegaskan kalau geotermal punya peran vital buat mendukung transisi energi Indonesia menuju target Net Zero Emissions (NZE) 2034.
Bambang Patijaya, Ketua Komisi XII DPR RI, menekankan kalau potensi geotermal di Indonesia itu gede banget, tapi belum dimaksimalkan. Dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), ada peluang buat nambahin kapasitas hingga 5,2 gigawatt (GW) sampai 2034.
“Kita dorong operator geotermal buat gaspol realisasikan bisnis plannya, biar komitmen NZE nggak cuma jadi slogan,” tegas Bambang usai kunjungan kerja ke PLTP Geotermal Kamojang, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025).
Kamojang sendiri punya cerita legendaris. PLTP ini jadi proyek geotermal pertama di Indonesia, bahkan salah satu yang pertama di dunia, yang udah beroperasi sejak 1983. Nggak cuma soal sejarah, performanya pun masih stabil sampai sekarang.
Bambang menyebut keunggulan geotermal ada di base load alias suplai listrik yang stabil dan konsisten, beda sama energi surya atau angin yang masih tergantung cuaca. “Kalau panas bumi itu stabil, penurunan kapasitasnya kecil banget, satu sampai dua setengah persen. Sementara kalau surya atau angin, begitu sore atau nggak ada angin ya padam,” bebernya.
Selain itu, Bambang juga wanti-wanti soal penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) biar energi panas bumi nggak cuma soal listrik, tapi juga ngasih manfaat buat masyarakat sekitar.
Harta Karun Energi
Senada, Dony Maryadi Oekon, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, juga gaspol mendorong percepatan pemanfaatan geotermal. Katanya, Indonesia tuh punya “harta karun energi” yang luar biasa karena 40% cadangan geotermal dunia ada di tanah air. Tapi sayangnya, baru sekitar 10,3% yang dimanfaatkan.
“Ngapain nunggu lama-lama, langsung aja jalanin. Ini energi bersih, aman, dan bisa jadi tulang punggung PLN,” tegasnya.
Dony juga menegaskan kalau urusan geotermal ini bukan cuma tanggung jawab PLN doang. Kementerian ESDM, PLN, dan Pertamina Geotermal harus kerja bareng. Menurutnya, geotermal ini jauh lebih aman dibanding nuklir. Walaupun teknologi nuklir makin canggih, masyarakat perlu diedukasi kalau panas bumi adalah pilihan yang lebih ramah dan minim risiko.
“Kita perlu edukasi supaya masyarakat ngerti. Jangan sampai energi sehebat ini malah underappreciated. Padahal, dari sisi lingkungan Kamojang aja udah buktiin kalau geothermal itu bersih banget,” jelas Dony.
Kedua legislator ini sepakat: kalau Indonesia serius ngegas di sektor geotermal, maka transisi energi bukan mimpi. Geotermal bisa jadi backbone buat sistem listrik nasional karena sifatnya yang stabil, plus bikin RI makin mandiri energi.
Jadi, kalau selama ini kita masih ribut soal batu bara, surya, atau nuklir, mungkin saatnya kasih spotlight lebih gede buat energi panas bumi. Dengan cadangan segede itu, Indonesia bisa jadi powerhouse energi bersih dunia—asal semua pihak konsisten dan nggak setengah-setengah.(*)