BACAAJA, BANYUMAS – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Karanglewas mendadak jadi sorotan. Pasalnya, lebih dari 100 siswa dari berbagai sekolah mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG.
Kepala SD Negeri Pangebatan, Riyadi, langsung ambil langkah tegas. Ia memutuskan untuk menolak sementara distribusi MBG ke sekolahnya sejak Rabu lalu. “Kita stop dulu sampai kondisi anak-anak benar-benar pulih. Kalau sekolah lain saya kurang tahu, tapi SDN Kediri juga kabarnya ikut menyetop,” jelasnya, Jumat (26/9/2025).
Gejala yang dialami para siswa cukup seragam. Mulai dari mual, muntah, pusing, hingga diare. Beberapa orang tua bahkan melaporkan anaknya masih lemas sehingga belum bisa kembali bersekolah.
“Alhamdulillah hari ini sebagian sudah membaik, mualnya sudah hilang. Tapi kondisinya masih lemas jadi belum berangkat sekolah,” tambah Riyadi.
Dindik Turun Tangan
Kasus ini bikin Dinas Pendidikan Banyumas bergerak cepat. Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, Taryono, langsung datang ke lokasi bersama timnya untuk mengecek kondisi.
“Hasil klarifikasi dengan pihak sekolah, pemerintah desa, dan BGN, kami sepakat distribusi MBG di Karanglewas dihentikan sementara. Kami masih menunggu laporan resmi dari SPPG Karanglewas Kidul,” kata Taryono.
Dari data sementara, ada 115 siswa terdampak. Rinciannya, 52 siswa SDN Pangebatan, 30 siswa SDN Kediri, serta puluhan anak dari jenjang TK dan PAUD.
Ribuan Porsi Didistribusikan
SPPG Karanglewas Kidul sendiri setiap harinya menyalurkan sekitar 3.000 porsi makanan ke TK, PAUD, SD, SMP, hingga SMK. Karena itu, potensi penyebaran dampak keracunan ini dinilai cukup besar.
“Koordinasi terakhir, SPPG Karanglewas Kidul akan dihentikan operasionalnya mulai Senin depan untuk evaluasi. Laporan juga sudah kami teruskan ke BGN Regional Jawa Tengah,” terang Taryono.
Dinkes Ikut Periksa
Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, dr Dani Esti Novia, membenarkan adanya kasus dugaan keracunan ini. Namun, detail jumlah dan penyebab masih menunggu hasil investigasi.
“Benar ada dugaan keracunan. Info awal sekitar 70 anak, tapi besok tim kami baru turun untuk pendataan lengkap,” kata Dani, Kamis malam (25/9/2025).
Beberapa warga bahkan menyebut menu telur puyuh yang disajikan pada Senin lalu menjadi pemicu utama. “Anak-anak setelah makan itu ada yang kena radang tenggorokan, diare, sama mual. Termasuk 16 anak TK juga terdampak,” ujar Juli Pamungkas, salah satu warga Pangebatan.
Distribusi Dihentikan Dua Hari
Sebagai langkah cepat, distribusi MBG resmi dihentikan sementara selama dua hari, 25–26 September 2025. Evaluasi menyeluruh akan dilakukan sebelum program kembali dijalankan.
“Kami sudah sampaikan ke BGN untuk menghentikan pengiriman dari SPPG terkait sampai evaluasi tuntas,” tegas Taryono. (*)