BACAAJA, PURBALINGGA – Warga Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, lagi kena ujian berat. Jalan utama di dusun mereka ambles dan patah sedalam 25 meter gara-gara longsor yang datang tiba-tiba, Rabu (15/10/2025) sore.
Jalan yang biasanya rame dilewati motor dan mobil itu kini berubah jadi jurang menganga. Akibatnya, ratusan warga di Kadus 3 dan 4 langsung terisolasi. Mereka nggak bisa lewat ke balai desa, pasar, atau bahkan ke sekolah dan tempat kerja.
Kasi Kesra Kecamatan Rembang, Marsud, S.Pd, bilang longsor itu terjadi sekitar pukul 16.00 WIB di Dusun Batur. “Jalan itu akses utama ke Desa Panusupan dan juga ke kecamatan. Sekarang amblesnya sampai 25 meter, jadi kendaraan sama sekali nggak bisa lewat,” katanya.
Kondisi ini bikin warga yang ada di ujung desa terpaksa jalan kaki kalau mau keluar. Nggak sedikit juga yang nekat nyari jalan tikus lewat kebun, meski jalurnya licin dan curam. “Sementara jalan kita tutup total,” tambah Marsud.
Akses Putus, Warga Bingung
Warga Panusupan bilang ini bukan kali pertama kejadian. Tapi yang sekarang paling parah. “Biasanya cuma retak-retak, sekarang patah total,” ujar salah satu warga.
Karena jalan itu satu-satunya jalur penghubung antara dusun, otomatis kegiatan warga ikut berhenti. Anak sekolah harus putar arah jauh, pedagang nggak bisa ngirim barang, dan petani susah bawa hasil panen.
“Biasanya lewat sini ke balai desa cuma lima menit, sekarang bisa setengah jam lewat kebun,” kata warga lain sambil geleng-geleng kepala.
BPBD Turun Tangan
Kepala BPBD Purbalingga, Prayitno, udah turun tangan. Ia bilang bakal langsung koordinasi sama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) buat tangani longsoran.
“Lokasi ini sama kayak yang longsor tahun lalu. Jadi tanahnya memang rawan banget. Kita bakal cek dulu kondisi kontur dan cari solusi cepat,” jelasnya.
Untuk sementara, warga diminta lebih waspada. Soalnya hujan masih sering turun, dan risiko longsor susulan masih tinggi. “Kita juga udah minta pemerintah desa buat bikin jalur darurat,” tambah Prayitno.
Jalan Ambles, Harapan Pun Ikut Jatuh
Meski bantuan mulai datang, warga masih khawatir kalau perbaikan butuh waktu lama. Soalnya jalan ini bukan cuma akses ekonomi, tapi juga satu-satunya jalur darurat kalau ada warga sakit.
Beberapa warga bahkan mulai gotong royong bikin jembatan darurat dari bambu biar bisa nyebrang pejalan kaki. “Minimal bisa dilewati orang dulu deh, daripada muter jauh,” kata pemuda setempat.
Di sisi lain, pemerintah daerah lagi cari cara biar tanah di sekitar jalan bisa distabilkan lagi. Karena kalau cuma ditambal, risiko amblas ulang masih besar.
Longsor yang Datang Dua Kali
Prayitno nyebutin kalau longsor ini mirip banget sama kejadian tahun lalu. Titiknya sama, jenis tanahnya juga. “Kayaknya memang harus ada rekayasa teknik yang lebih kuat, biar nggak terulang lagi tiap musim hujan,” katanya.
Warga sendiri udah mulai waspada setiap hujan turun. Begitu langit mendung, mereka langsung berhenti beraktivitas di sekitar tebing. “Takutnya tiba-tiba ambles lagi,” kata seorang ibu sambil memeluk anaknya.
Sekarang, Panusupan lagi berjuang lewat gotong royong. Warga nggak nunggu bantuan datang, tapi mulai bergerak sendiri bikin jalur alternatif. Walau cuma jalan tanah dan penuh lumpur, setidaknya bisa buat lewat sementara.
Longsor boleh bikin jalan patah, tapi semangat warga Panusupan belum ikut runtuh. Mereka yakin, akses bakal pulih — asal semua pihak mau turun tangan cepat, sebelum hujan datang lagi dan bikin bencana kedua. (*)