Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Politrik
  • Hukum
  • Economics
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Info Tetangga
  • Kepo
  • Rasan-Rasan
Reading: Tunjangan Sultan, Rakyat Kelimpungan: Saat Elit Politik Lupa Caranya Turun ke Bumi
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
© 2025 Bacaaja.co
Rasan-Rasan

Tunjangan Sultan, Rakyat Kelimpungan: Saat Elit Politik Lupa Caranya Turun ke Bumi

Demo besar-besaran bukan cuma soal tunjangan DPR. Ini ledakan kekecewaan rakyat yang udah numpuk. Tanpa komando, tanpa ormas, rakyat bergerak sendiri. Pemerintah wajib peka—reformasi bukan hiasan sejarah, tapi janji yang harus ditepati.

baniabbasy
Last updated: Agustus 31, 2025 12:09 pm
By baniabbasy
4 Min Read
Share
Gedung DPRD Makassar luluh lantak dilalap si jago merah. Gedung DPRD Makassar dibakar massa saat aksi demonstrasi pada Jumat (29/8/2025) malam.
Gedung DPRD Makassar luluh lantak dilalap si jago merah. Gedung DPRD Makassar dibakar massa saat aksi demonstrasi pada Jumat (29/8/2025) malam.
SHARE

KALAU kamu scrolling medsos akhir-akhir ini, kamu pasti nemu video rusuh, spanduk protes, sampai gedung DPRD yang terbakar. Tapi, ini bukan sekadar vibes “demo mahasiswa” kayak zaman dulu. Gelombang protes yang melanda Indonesia akhir Agustus 2025 ini terasa beda: lebih emosional, lebih marah, dan jauh lebih merakyat.

Kenapa bisa gitu?
Karena akar masalahnya bukan cuma satu. Ini soal elit politik yang makin nggak nyambung sama realita rakyat. Bayangin aja: ketika harga kebutuhan pokok naik, lapangan kerja makin susah, dan gaji UMR pas-pasan, eh para anggota DPR malah dikabarkan dapet tunjangan perumahan Rp50 juta/bulan. Fix, privilege level dewa.

Yang bikin makin panas, kemarahan rakyat makin meledak setelah seorang ojek online bernama Affan Kurniawan meninggal tertabrak mobil taktis Brimob saat demo berlangsung. Sosok Affan bukan siapa-siapa di media mainstream, tapi di hati rakyat, dia jadi simbol: pekerja keras yang dihancurkan sistem. Dan seperti api kecil yang ketemu bensin, publik langsung terbakar amarahnya.

Tapi yang paling menarik dari demo ini adalah: gerakannya organik. Nggak ada aktor besar di belakangnya. Nggak kelihatan komando dari ormas atau partai. Mereka yang turun ke jalan adalah rakyat biasa yang bergerak dari keresahan pribadi masing-masing, terhubung lewat kesadaran kolektif yang menyebar di media sosial.

Cukup dengan satu cuitan viral, satu video yang menyentuh, satu poster yang relatable—semua ikut bergerak. Tanpa panggilan resmi, tanpa instruksi. Ini kekuatan horizontal: rakyat nggak butuh pemimpin untuk tahu kapan mereka perlu bersuara.

Presiden Prabowo memang cepat ambil tindakan. Ia menyatakan belasungkawa, minta investigasi, bahkan sampai batalin kunjungan ke China. Tapi, buat banyak orang, itu belum cukup. Yang dibutuhkan bukan cuma empati simbolik, tapi solusi konkret. Rakyat nggak butuh kata-kata manis, mereka butuh perubahan nyata.

Ini bukan pertama kalinya rakyat turun ke jalan. Ingat 2019? RUU KPK dan KUHP bikin mahasiswa tumpah ruah. Atau demo Omnibus Law 2020 yang penuh kreativitas meme. Tapi kali ini, bukan cuma anak kampus yang bersuara. Ojek online, buruh, emak-emak, sampai warga desa ikut protes. Artinya, keresahan udah gak kenal kelas sosial. Semua merasa ditinggalkan.

Masalahnya makin rumit dengan keberadaan UU TNI yang baru. UU ini memperluas peran militer di ranah sipil—yang bagi banyak Gen-Z, terdengar kayak throwback ke zaman Orba. Ada kekhawatiran: kok rasanya ruang sipil makin sempit? Kok polisi dan tentara makin gampang masuk ke urusan rakyat sipil?

Buat generasi kita yang tumbuh di era demokrasi digital, ini jelas alarm bahaya. Kita nggak alergi sama stabilitas, tapi kita juga nggak mau demokrasi kita dipreteli pelan-pelan. Reformasi itu bukan cuma catatan sejarah di buku PKN, tapi komitmen hidup-hidup yang harus dijaga.

Terus, apa yang harus dilakukan?
Pertama, pemerintah harus evaluasi tunjangan DPR yang nggak masuk akal itu. Kalau rakyat diminta hemat, pejabat pun harus ikut. Kedua, revisi UU TNI perlu dialog ulang, dengan melibatkan masyarakat sipil, bukan cuma elite senayan. Ketiga, negara harus serius memperbaiki sistem penegakan hukum biar rakyat nggak trauma lihat aparat tiap demo.

Dan buat kita, Gen-Z yang sering dibilang rebahan doang, ini saatnya buktiin bahwa kita bisa jadi suara perubahan. Nggak harus turun ke jalan (kalau nggak bisa), tapi bisa lewat edukasi digital, konten kreatif, diskusi publik, dan vote smart di pemilu berikutnya. Kita nggak boleh cuek, karena yang pasif, justru paling gampang dikendalikan.

Akhir kata, demo ini bukan soal chaos. Ini adalah pesan keras dari rakyat, terutama generasi muda: bahwa kita nggak mau lagi jadi penonton di negeri sendiri. Kita mau sistem yang adil, pemimpin yang waras, dan masa depan yang bisa kita banggakan.

Karena kalau politik terus dikuasai segelintir orang kaya dan kuat, tanpa suara kita, Indonesia cuma akan jadi republik ilusi. Dan kita nggak akan tinggal diam.(*)

You Might Also Like

Pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Industri Menambah Tumpukan Masalah di Pesisir

Karpet Merah Prabowo untuk Prancis, Investasi Listrik Tenaga Nuklir di Indonesia

Sri Mulyani: Pajak Itu Kayak Zakat, Guru Itu Beban? Publik: Lah, Serius Bu?

Kurator Sritex Protes 72 Mobil Disita Kejagung

Dana Rp25 Juta per RT, Kejari Semarang Siap Pasang Mata

TAGGED:aksi demo besar-besaranheadline
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Ketua DPR RI Puan Maharani memeluk erat ibunda Affan Kurniawan, drivel ojol yang tewas setelah dilindas mobil baracuda Brimob. Foto: Dok. Puan Maharani Pastikan Adik Affan Kurniawan Dapat KJP & KJMU Sampai Lulus
Next Article Penjarahan Rumah Pejabat: Simbol Amarah di Tengah Krisis Kepercayaan

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Komandan Batalyon Resimen IV Korps Brimob Kompol Cosmas K. Gae saat menjalani sidang etik di Ruang Sidang Gedung TNCC Mabes Polri Jakarta, Rabu (3/9/2025). Foto: dok.

Danyon Brimob Dipecat Karena Kasus Rantis Tabrak Ojol, Polisi Pastikan Kasus Dilanjutkan ke Jalur Pidana!

Timnas U-23 yang bermain dalam kualifikasi Piala Asia U-23 tahun 2025. Dalam laga perdana, Garuda Muda ditahan imbang Timnas U-23 Laos 0-0. Foto: dok.

Timnas U-23 Indonesia Gagal Menang Lawan Laos di Laga Perdana Kualifikasi Piala Asia U-23

Ilustrasi aksi demonstrasi.. Polisi Tangkap 7 Pemilik Akun Medsos Diduga Provokasi Demo Ricuh. (grafis/tera).

Polisi Tangkap 7 Pemilik Akun Medsos Diduga Provokasi Demo Ricuh

Massa yang datang menjarah rumah anggota DPR non-aktif dari Partai Nasdem Syahroni. Foto: dok.

Waduh! Pemilik Akun TikTok Provokasi Penjarahan Rumah Pejabat Ditangkap Polisi, Hati-hati Sebar Konten Provokatif!

PTUN Semarang Punya Layanan Gratis, Warga Kurang Mampu Bisa Gugat Tanpa Keluar Uang

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Kondisi perkampungan di wilayah pesisir Senmarang, di Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Semarang Utara. Tambak yang tidak lagi produktif, dan ancaman genangan rob yang menghantui sehari-hari. Foto: BAE
Sirkular

Adaptasi Warga Pesisir Semarang-Demak Mencari Penghidupan di Tengah Rob

Juli 20, 2025
Kepo

2026, Pemprov Janji Naikin Insentif Guru Agama Jadi Rp300 Miliar

Agustus 21, 2025
Daerah

Panggung HUT RI ke-80 di Semarang Urung Digelar, Suasana Jadi Serius Gara-Gara Demo

Agustus 31, 2025
Peneliti Puskampol Indonesia, Andy Suryadi.
Hukum

Polisi Ubah TKP Kecelakaan, Puskampol: Pertebal Kejanggalan Kematian Iko Juliant

September 3, 2025
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?