BACAAJA, KLATEN – Rabu (8/10) siang di SMP Negeri 1 Wedi, Klaten, harusnya jadi waktu yang santai. Anak-anak baru aja dapet jatah makan siang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Suara tawa masih terdengar di kantin sekolah—sampai beberapa menit kemudian, suasana berubah drastis.
Satu per satu siswa mulai mengeluh pusing dan mual. Ada yang pucat, ada juga yang buru-buru lari ke toilet.
Guru-guru langsung panik, sebagian nelpon puskesmas, sebagian lagi bantuin anak-anak yang udah gak kuat berdiri.
Sekitar pukul 13.30 WIB, ambulans mulai berdatangan ke sekolah dan Puskesmas Wedi. Suaranya bersahutan, mondar-mandir jemput siswa yang kondisinya makin drop.
Dari luar, warga cuma bisa melongok cemas, nanya-nanya: “Ada apa, kok rame banget?”
Menurut Toni, petugas PMI Klaten yang ikut bantu evakuasi, laporan pertama masuk waktu jam makan siang.
“Awalnya tujuh siswa diduga keracunan habis makan MBG. Tiga sampai empat di antaranya langsung dirujuk ke RSUD Bagas Waras,” katanya.
Gejala yang muncul hampir sama —mual, muntah, dan pusing. Dugaan sementara, makanan yang disajikan udah basi. Untungnya, makanan baru dibagikan ke beberapa kelas aja, jadi cepat ketahuan sebelum menyebar lebih luas.
Sekarang, semua siswa yang terdampak masih dapet perawatan di puskesmas dan rumah sakit. Petugas kesehatan lagi nyelidikin penyebab pastinya, sementara pihak sekolah berusaha nenangin orang tua yang mulai berdatangan dengan wajah khawatir.
Tragedi kecil ini jadi pengingat, bahwa niat baik seperti program MBG tetep butuh kontrol ketat — dari dapur sampai meja makan.
Karena di balik setiap kotak nasi yang dibagikan, ada tanggung jawab besar soal keselamatan dan kepercayaan. (*)