BACAAJA, TEL AVIV- Suasana Tel Aviv mendadak panas. Ribuan warga Israel turun ke jalan, Minggu (17/8), teriak minta perang Gaza dihentikan dan para sandera segera dipulangkan.
Tapi bukannya luluh, PM Benjamin Netanyahu malah ngamuk dan bersikeras terus ngegas perang lawan Hamas. Massa memenuhi “Lapangan Sandera”, mengangkat foto para tawanan, mengibarkan bendera kuning, sampai menabuh drum sebagai simbol protes.
Demo ini sebenarnya udah jadi rutinitas sejak perang Gaza pecah hampir 22 bulan lalu, tapi kali ini disebut-sebut yang terbesar. “Kami cuma punya sedikit waktu buat selamatin para sandera yang udah hampir 700 hari ditahan Hamas,” ungkap Ofir Penso, seorang guru Arab yang ikutan aksi, ke AFP.
Orang tua korban juga nggak kalah lantang. Einav Tzangauker, ibu dari Matan yang ditawan, bilang pemerintah nggak pernah serius cari solusi. “Kami minta kesepakatan komprehensif, kami minta perang ini diakhiri. Kami minta hak kami: anak-anak kami!” tegasnya di depan kerumunan.
Keras Kepala
Netanyahu? Bukannya melembek, malah makin keras kepala. Dia bilang menghentikan perang sekarang cuma bikin Hamas makin kuat. “Kalau Hamas nggak kalah, kengerian 7 Oktober bisa terulang lagi,” ujarnya.
Lebih panas lagi, Netanyahu belakangan blak-blakan ngaku mendukung visi “Israel Raya” alias perluasan wilayah Israel yang katanya ngikut interpretasi kitab suci zaman Raja Salomo.
Artinya, nggak cuma Palestina, tapi juga sebagian Yordania, Lebanon, dan Suriah bisa masuk incaran. Rakyat Israel ngamuk minta perang selesai, tapi Netanyahu kayaknya masih ngejar ambisi yang jauh lebih gede. (*)