BACAAJA, SOLO – Pernah nggak, kamu sebagai orangtua merasa khawatir saat anak kesulitan melakukan hal sepele, misalnya membuka pintu sendiri? Kekhawatiran itu wajar, apalagi setelah masa pandemi di mana hampir semua kebutuhan anak serba tersedia tanpa harus berusaha. Nah, di sinilah konsep panda parenting mulai banyak dibicarakan.
Istilah ini sempat bikin orang salah paham. Sekilas, “panda” terdengar seperti pola asuh santai yang identik dengan hewan pemakan bambu itu. Padahal, justru sebaliknya. Gaya pengasuhan ini menekankan keseimbangan antara dukungan orangtua dan ruang bebas bagi anak untuk belajar mandiri.
Esther Wojcicki, penulis How to Raise Successful People, menjelaskan bahwa anak perlu diberi kesempatan untuk mencoba sendiri, bahkan kalau pun harus gagal dulu. Menurutnya, inilah kunci agar anak tumbuh percaya diri dan punya inisiatif.
Apa Sebenarnya Panda Parenting?
Alih-alih mengambil alih semua masalah, orangtua justru hadir sebagai pendamping. Anak tetap diarahkan, tapi diberi ruang untuk membuat pilihan, mengambil keputusan, lalu belajar dari konsekuensinya.
Pakar parenting, Petal Modeste, menyebut panda parenting sebagai kombinasi kehangatan, dukungan, dan kemandirian. Anak merasa didampingi, tapi tidak selalu dikendalikan. Hasilnya, mereka belajar menghadapi tantangan dengan kepala dingin sekaligus hati yang tangguh.
Prinsip TRICK dalam Panda Parenting
Wojcicki merumuskan prinsip utama panda parenting dalam akronim TRICK:
Trust (percaya)
Respect (hormat)
Independence (mandiri)
Collaboration (kerjasama)
Kindness (kebaikan)
Dengan prinsip ini, orangtua diajak untuk membangun hubungan yang sehat. Anak tidak hanya dituntut patuh, tapi juga diajari berpikir kritis. Misalnya, saat anak salah, alih-alih dimarahi, orangtua bisa bertanya: “Menurutmu apa yang bisa dilakukan lebih baik lain kali?”
Bukan Tren Baru, Tapi Penyegaran
Meski istilahnya terdengar baru, pola asuh seperti ini sebenarnya sudah lama diteliti. Psikolog klinis, Emily Edlynn, menyebut panda parenting sejalan dengan gaya otoritatif yang populer sejak 1960-an. Bedanya, istilah “panda” membuat konsep ini lebih mudah dipahami oleh orangtua masa kini.
Manfaat Panda Parenting untuk Anak
Banyak riset menunjukkan, anak yang dibesarkan dengan gaya ini biasanya:
lebih percaya diri,
mampu mengambil keputusan,
punya daya tahan menghadapi kegagalan,
serta memiliki hubungan yang lebih hangat dengan orangtuanya.
Selain itu, mereka juga belajar bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Tidak selalu menunggu diselamatkan, tapi berusaha mencari solusi. Dampaknya, anak tumbuh dengan kecerdasan emosional dan kreativitas yang lebih matang.
Bagaimana Cara Memulai?
Bagi orangtua yang terbiasa “serba membantu”, panda parenting bisa terasa sulit di awal. Kuncinya adalah mulai dari hal kecil. Biarkan anak mencoba membuka pintu sendiri, merapikan mainan, atau menyiapkan bekal sederhana.
Proses ini memang butuh kesabaran. Tapi dari situlah anak belajar bahwa dirinya mampu. Sedikit demi sedikit, mereka bukan hanya belajar membuka pintu rumah, tapi juga membuka pintu kesempatan di masa depan. (*)