Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Politrik
  • Hukum
  • Economics
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Info Tetangga
  • Kepo
  • Rasan-Rasan
Reading: Industri Gelap Buzzer Politik: Bisnis Manipulasi Opini di Medsos
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
© 2025 Bacaaja.co
Edukasi

Industri Gelap Buzzer Politik: Bisnis Manipulasi Opini di Medsos

Demokrasi Indonesia kini dirusak oleh industri gelap buzzer politik—pasukan bayaran yang diam-diam menggiring opini publik di media sosial atas pesanan elit politik, pebisnis, atau siapa pun yang sanggup membayar.

baniabbasy
Last updated: Agustus 22, 2025 3:41 pm
By baniabbasy
4 Min Read
Share
Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro (Undip), Wijayanto, menjelaskan seputar pasukan buzzer dalam acara workhsop di kampusnya, Jumat (22/8/2025). *bae
Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro (Undip), Wijayanto, menjelaskan seputar pasukan buzzer dalam acara workhsop di kampusnya, Jumat (22/8/2025). *bae
SHARE

BACAAJA, SEMARANG – Demokrasi di Indonesia ternyata punya sisi gelap yang jarang diakui: industri buzzer politik. Bukan sekadar akun anonim cerewet di media sosial, buzzer kini bekerja layaknya pasukan bayaran profesional yang bertugas menggiring opini publik sesuai pesanan.

Wakil Rektor IV Universitas Diponegoro (Undip), Wijayanto, menjelaskan bahwa pasukan buzzer atau cyber troops ini bekerja secara sistematis. Definisi pasukan buzzer agak teknis dan teoritis.

“(Mereka adalah) sekumpulan aktor yang dibayar tapi dibayar ini secara rahasia enggak terang mereka mendeclare bahwa mereka dibayar yang kerjaannya adalah melakukan penggiringan opini publik, melakukan manipulasi opini publik,” ujarnya dalam acara workhop di Undip, Jumat (22/8/2025).

Fenomena ini sudah terlihat jelas dalam berbagai peristiwa politik. Saat pemilu, buzzer digerakkan untuk memenangkan kandidat tertentu.

Di luar pemilu, mereka dipakai untuk mendukung kebijakan yang kontroversial. Kasus revisi Undang-Undang KPK misalnya, saat banyak aktivis dan akademisi menolak, media sosial justru dipenuhi narasi yang mendukung revisi tersebut.

Penelitian Undip menunjukkan jumlah buzzer di Indonesia mencapai ribuan, dengan basis terbesar di Jakarta. Namun, jaringan mereka tersebar di berbagai kota. Rata-rata berusia muda, sekitar 25 tahun, berpendidikan sarjana, bahkan sebagian berasal dari kalangan aktivis dan jurnalis.

“Awalnya mereka terafiliasi pada partai tertentu, awalnya mereka relawan ya, tapi sekarang mereka makin profesional dalam arti yang penting adalah bayar,” kata Wijayanto.

Penelitian lintas negara yang melibatkan Undip dan Universitas Amsterdam mengungkap, fenomena buzzer tak hanya terjadi di Indonesia. Setidaknya 82 negara di dunia mengalami praktik serupa. Namun, karakter di Indonesia disebut lebih kompleks: buzzer tak hanya dikendalikan negara atau partai, tapi juga bisa bekerja untuk elit bisnis atau siapa saja yang mampu membayar.

Prof. Dr. WJ (Ward) Berenschot dari Universitas Amsterdam menjelaskan, fenomena buzser ini menjadi industri.

“Kerana ada banyak orang justru elit politik, elit bisnis yang mendanai tim cyber troop untuk mengemudi opini publik di sosmed. Dan itu secara diam-diam,” ujarnya.

Dengan kata lain, buzzer adalah industri terselubung yang membajak demokrasi. Publik yang berdebat di media sosial sering kali tak sadar bahwa opini mereka sedang diarahkan oleh akun-akun bayaran. Narasi yang tampak organik sejatinya adalah hasil kerja sistematis, rapi, dan berbayar.

Ironisnya, hingga kini tidak ada aturan hukum spesifik yang bisa menjerat praktik ini. Manipulasi opini publik tidak masuk kategori kriminal, selama tidak berkaitan dengan pencemaran nama baik atau pelanggaran UU ITE. Akibatnya, industri buzzer tetap berjalan mulus tanpa hambatan hukum.

Workshop internasional di FISIP Undip yang dihadiri para peneliti dari berbagai negara kemudian merekomendasikan tiga langkah: peningkatan literasi digital masyarakat, etika politik dari para elit agar tidak lagi memakai buzzer sebagai alat propaganda, serta transparansi algoritma dari platform digital agar publik tidak mudah dimanipulasi.

Namun, selama industri gelap ini terus menghasilkan uang dan melayani kepentingan elit, publik tampaknya masih harus bersiap hidup dalam ruang digital yang penuh manipulasi. Demokrasi pun makin tampak seperti panggung teater dan buzzer adalah aktor bayaran di balik layar. *bae

You Might Also Like

Admin Gejayan Memanggil dan Direktur Lokataru Foundation Ditangkap, Polisi Masih Bungkam Gak Mau Ngomong

Samuel Wattimena: Stop Jalan Sendiri, Yuk Kolaborasi Biar Budaya Lokal Bisa Mendunia!

Jateng Siap Bagikan 1.000 Sambungan Listrik Gratis Buat Warga Miskin

Menjelang Kongres PWI, Suasana Dibikin Guyub: Integritas Jadi Janji Bareng

FX Rudy Janji Nggak Akan “Gusur-Gusuran” Kader

TAGGED:Buzzer politikheadlineundipWakil Rektor IV Undip
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia Chalim kritik banjirnya barang impor dari China. Foto: dok. Selamat Datang di Republik Impornesia: Negeri Seribu Produk China!
Next Article BNPT menerima kunjungan spesifik dari Komisi XII DPR RI, Jumat, (22/8/2025). Foto: dok. BNPT dan Ancaman Terorisme: Sudah Siapkah Kita di Era Serba Digital?

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Komandan Batalyon Resimen IV Korps Brimob Kompol Cosmas K. Gae saat menjalani sidang etik di Ruang Sidang Gedung TNCC Mabes Polri Jakarta, Rabu (3/9/2025). Foto: dok.

Danyon Brimob Dipecat Karena Kasus Rantis Tabrak Ojol, Polisi Pastikan Kasus Dilanjutkan ke Jalur Pidana!

Timnas U-23 yang bermain dalam kualifikasi Piala Asia U-23 tahun 2025. Dalam laga perdana, Garuda Muda ditahan imbang Timnas U-23 Laos 0-0. Foto: dok.

Timnas U-23 Indonesia Gagal Menang Lawan Laos di Laga Perdana Kualifikasi Piala Asia U-23

Ilustrasi aksi demonstrasi.. Polisi Tangkap 7 Pemilik Akun Medsos Diduga Provokasi Demo Ricuh. (grafis/tera).

Polisi Tangkap 7 Pemilik Akun Medsos Diduga Provokasi Demo Ricuh

Massa yang datang menjarah rumah anggota DPR non-aktif dari Partai Nasdem Syahroni. Foto: dok.

Waduh! Pemilik Akun TikTok Provokasi Penjarahan Rumah Pejabat Ditangkap Polisi, Hati-hati Sebar Konten Provokatif!

PTUN Semarang Punya Layanan Gratis, Warga Kurang Mampu Bisa Gugat Tanpa Keluar Uang

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Presiden Prabowo Subianto menyematkan anugerah Penghargaan Bintang Republik Indonesia Utama, kepada Ketua DPR RI Puan Maharani.
Politrik

Terima Penghargaan Bintang Republik Indonesia Utama, Puan: Amanah untuk Rakyat

Agustus 26, 2025
Daerah

Rowo Jombor Disiapkan Jadi Destinasi Ekowisata Tahunan, Gibran Tebar 50 Ribu Benih Ikan

Juli 9, 2025
Ekonom senior Kwik Kian Gie, meninggal pada usia 90 tahun.
Nasional

Ekonom Senior Kelahiran Pati Kwik Kian Gie Wafat, Kader PDIP Pernah Jadi Penasihat Ekonomi Prabowo

Juli 29, 2025
Prabowo di Pidato Kenegaraan HUT RI ke-80 tampil bak final boss yang ngeluarin jurus kombo: gaji hakim naik 280%, korupsi dibongkar, sawit ilegal digusur, tentara digemukin komandonya, petani dibikin tajir lewat surplus beras 4 juta ton, dan kemiskinan ekstrem dibidik nol persen. Foto: dok
Nasional

Prabowo di Pidato Kenegaraan: Naikin Gaji Hakim, Bongkar Korupsi, sampai Bikin Beras Surplus

Agustus 15, 2025
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?