BACAAJA, JAKARTA – Hasto Kristiyanto kembali menduduki takhta Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) lagi.
Hasto belum lama ini bebas dari penjara setelah mendapat amnesti dari Presiden Prabowo Subianto.
Sebelumnya, Hasto divonis bersalah dalam kasus suap eks-Komisioner KPU Wahyu Setiawan dan divonis hukuman 3 tahun 6 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, pada Jumat (25/72025).
Tak lama kemudian Hasto mendapat amnesti dari Presiden Prabowo pada 31 Juli 2025. Hasto pun bebas dari jeruji besi.
Pada Kongres ke-6 PDIP, di Bali pada awal Agustus 2025, Megawati Soekarnoputri kembali dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDIP dan melantik jajaran pengurus DPP.
Namun, nama Hasto tak muncul dalam daftar. Jabatan Sekjen PDIP dirangkap oleh Megawati.
Sekitar dua pekan kemudian, pada Kamis (14/8/2025), Megawati kembali menunjuk Hasto sebagai Sekjen PDIP.
Lalu, apa kata pengamat?
Peneliti Senior Bidang Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Lili Romli bilang, penunjukan kembali Hasto Kristiyanto sebagai sekretaris jenderal (Sekjen) PDIP oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri tidak lepas dari faktor loyalitas dan kedekatan politik.
Menurut Lili, kapasitas Hasto tidak diragukan lagi selama menjabat sebagai Sekjen, baik dalam mengurus administrasi kepartaian maupun menerjemahkan arah politik Megawati.
“Selama menjadi Sekjen, kapasitasnya tidak diragukan lagi, baik secara administratif kepartaian maupun dalam menerjemahkan politik Ibu Megawati,” ujar Lili.
Hubungan kerja yang terbangun antara Megawati dan Hasto selama ini didasari oleh kesesuaian visi dan kesetiaan.
Bahkan, lanjut Lili, Hasto termasuk kader partai yang kerap membela Megawati ketika mendapatkan serangan kritik.
“Dalam aspek chemistry dan loyalitas, Pak Hasto yang lama menjadi Sekjen sudah mengerti dan paham langgam politik Ibu Megawati,” kata Lili.
“Selain itu, Pak Hasto salah satu kader yang loyal pada PDIP dan Ibu Megawati. Bahkan, dia salah satu pembela utama terdepan jika ada yang menyerang Ibu Megawati,” sambungnya.
Selain faktor tersebut, Lili menilai penunjukan kembali Hasto juga bisa dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi atas dedikasinya dalam mengurus partai.
“Apresiasi juga bisa terkait yang menurut kalangan internal PDIP, kasus yang menimpanya sebagai korban politik dan perjuangannya,” ucap Lili. (*)