Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Di Sini Uang Diselamatkan dari Rentenir, Kisah Purwokerto dan Lahirnya Bank Pertama di Indonesia
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Unik

Di Sini Uang Diselamatkan dari Rentenir, Kisah Purwokerto dan Lahirnya Bank Pertama di Indonesia

Kini, jejak langkah awal bank itu masih bisa ditemui di dalam museum. Replika gedung bank pertama yang berukuran mungil hanya 31 meter persegi masih berdiri.

Nugroho P.
Last updated: Mei 24, 2025 10:28 am
By Nugroho P.
5 Min Read
Share
Diorama Museum BRI Purwokerto. (Foto: Pameranvirtual.ranggawarsitamuseum.id)
SHARE

NARAKITA, BANYUMAS – Tak banyak yang menengok ke Purwokerto ketika membicarakan sejarah besar bangsa. Kota yang bersahaja di lereng selatan Gunung Slamet ini kerap luput dari sorotan. Tapi siapa sangka, justru dari kota inilah sistem perbankan modern Indonesia mulai berdenyut.

Jauh sebelum ATM berjajar di minimarket dan aplikasi keuangan bisa diakses dalam genggaman, ide sederhana dari seorang priyayi lokal melahirkan cikal bakal bank milik rakyat. Nama sosok itu: Raden Aria Wirjaatmadja.

Dialah orang pertama yang menyadari bahwa kesulitan ekonomi bisa diatasi bukan dengan pinjaman berbunga tinggi, tapi lewat lembaga keuangan yang berpihak kepada rakyat. Dan tempat kelahiran ide itu kini berdiri megah dalam bentuk Museum Bank Rakyat Indonesia (BRI) di jantung Kota Purwokerto di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Museum yang tenang di Jalan Jenderal Sudirman itu seolah tak banyak bicara dari luar. Tapi melangkah ke dalam, Anda akan diajak menelusuri lorong waktu yang penuh cerita perjuangan, strategi, dan harapan. Semua bermula dari keresahan Aria Wirjaatmadja ketika melihat seorang guru miskin di Banyumas menggelar pesta besar hasil utang dari rentenir.

“Ini tidak masuk akal,” begitu kira-kira pikirnya saat itu. Seorang guru, dengan gaji pas-pasan, bisa menyelenggarakan pesta tayuban mewah untuk sunatan anaknya. Ketika ditelusuri, ternyata semua dibiayai oleh utang yang mencekik.

Daripada terus melihat rakyat kecil terjebak dalam lingkaran pinjaman berbunga tinggi, ia pun mencetuskan ide brilian: membuat bank sendiri. Modal awalnya? Kas masjid.

Itulah yang kini dikenal sebagai De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden, yang berarti Bank Simpanan dan Bantuan Milik Para Priyayi Purwokerto. Bank ini bukan hanya soal menyimpan uang, tetapi menyelamatkan martabat rakyat.

Kini, jejak langkah awal bank itu masih bisa ditemui di dalam museum. Replika gedung bank pertama yang berukuran mungil hanya 31 meter persegi masih berdiri. Kursi, meja, hingga tinta cap jaman kolonial masih tersimpan rapi. Bahkan kusen pintu dan atap bangunan tetap dibiarkan seperti aslinya: sunyi dan penuh makna.

Tak jauh dari situ, terdapat gedung utama museum dua lantai. Di lantai pertama, pengunjung disambut dengan koleksi foto, dokumen hukum, hingga mesin tik kuno yang dulu dipakai mencatat transaksi nasabah. Di lantai dua, suasana terasa lebih dramatis: diorama interaktif, koleksi uang dari masa VOC hingga rupiah digital masa kini, serta potret perjuangan BRI dari masa ke masa.

Satu hal yang tak banyak diketahui adalah keberadaan koleksi mata uang Majapahit dan Portugis Timor yang dipajang berdampingan dengan uang zaman pendudukan Jepang. Ini bukan sekadar museum bank—ini adalah museum sejarah ekonomi Nusantara.

Yang tak kalah menarik, ada sebuah monumen kecil untuk Aria Wirjaatmadja. Berdiri sederhana di sisi kanan museum, dikelilingi kolam ikan yang jernih. Ia tak pernah menuntut namanya dikenal, tapi sumbangsihnya untuk bangsa tak ternilai.

Sebagai bagian dari pengalaman edukatif, museum juga menyediakan perpustakaan kecil yang nyaman. Ribuan buku bertema keuangan, sejarah, dan kebijakan ekonomi tersedia bagi siapa saja yang haus pengetahuan. Bagi pelajar dan mahasiswa, tempat ini bisa menjadi jendela masa lalu yang mencerahkan masa depan.

Datanglah di hari kerja atau akhir pekan, kecuali Sabtu. Tiket masuk? Tidak ada. Anda cukup datang, membuka mata, dan membuka hati untuk memahami bagaimana uang pernah menjadi alat perjuangan sosial.

Untuk rombongan sekolah atau komunitas, museum menyediakan pemandu yang akan menjelaskan setiap sudut dengan penuh antusiasme. Tak sedikit pengunjung yang terkejut saat menyadari bahwa transformasi bank kecil di Purwokerto ini telah menjelma menjadi jaringan keuangan nasional hingga ke pelosok desa.

Museum ini pun telah menjadi destinasi wajib bagi mereka yang ingin berwisata sekaligus belajar. Tidak hanya warga lokal, banyak pula pengunjung dari luar kota, bahkan luar pulau, yang datang ingin mengenal lebih dekat sejarah bank yang lahir dari semangat kemandirian rakyat.

Kini, ketika kita dengan mudah memindahkan dana lewat aplikasi, ada baiknya sesekali kita ingat: semua itu berawal dari satu ide jujur, dari satu kota kecil yang tak banyak bicara. Dan dari satu lelaki, yang memilih jalan sulit agar rakyat bisa bernapas lega.

Purwokerto mungkin bukan kota yang riuh. Tapi di sinilah sejarah besar disimpan dengan tenang, dan diwariskan dengan bangga.

You Might Also Like

Long Weekend Nggak Harus Bikin Kantong Kering, Begini Caranya!

Fenomena Curhat ke AI, Psikolog Ingatkan Risiko Ketergantungan

Agenda Besar Jokowi: Exit Strategi dan “Menolak Punah”

From Science Fiction to Reality: Advancement of AI Technologies

Gus Yahya Temui Presiden Prabowo di Istana, Ada Masalah Apa?

TAGGED:bank pertama indonesiamuseumnuseum briR Aria Wiratmajasejarah bank
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Pabrik tekstil Sritex saat masih beroperasi. Kejagung Buka Peluang Periksa Keluarga Lukminto, Usut Dugaan Korupsi Sritex
Next Article Musim Liga 1 2024/2025 Dinilai Lebih Fair, Pemilik Klub Beri Apresiasi

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Nawal Yasin Dorong Muslimat NU Terus Bersinergi Bangun Jateng

Agustina Tanam Batu, Nyalain Ekonomi Rakyat

Bos-Bos Tionghoa Diminta Gas Ekonomi Jateng

Duit Seret, Semangat Tetep Ngegas

Korupsi, Tiga Doktor UGM Bakal Diadili di Semarang

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Kirab kebo bule Kyai Slamet pada Malam 1 Suro, di Kota Solo, menjadi momen yang dinantikan masyarakat.
Unik

Sakral! Kirab Kebo Kyai Slamet dan Pusaka Keraton Solo saat Malam 1 Suro

Juni 26, 2025
Unik

YouTube Bersih-bersih Konten, Video Tak Orisinal Kini Tak Lagi Menghasilkan Uang

Juli 16, 2025
Unik

Lolos SNBT 2025? Ini Panduan Wajib untuk Tahap Daftar Ulang di PTN Favorit

Mei 30, 2025
Unik

Bisa Bikin Mustahik Jadi Muzaki? Begini Cara Baznas Jateng Dorong Ekonomi Umat di Purbalingga

Agustus 13, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Di Sini Uang Diselamatkan dari Rentenir, Kisah Purwokerto dan Lahirnya Bank Pertama di Indonesia
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?