BACAAJA, SEMARANG – Banjir dan rob terus menghantui kawasan Pantura Jateng. Berbagai upaya telah dilakukan, tapi belum ada yang benar-benar jitu.
Selama ini pemerintah nawarin solusi dengan tanggul laut hingga mengerahkan pompa penyedot. Tapi Universitas Diponegoro (Undip) menawarkan ide lain.
Tawaran Undip ini adalah mengubah air rob jadi air siap minum lewat sistem desalinasi. Ini desalinasi skala besar yang digadang mampu mengolah air dalam jumlah banyak.
Nantinya air yang disedot melalui pompa dan ditampung dalam kolam retensi, kemudian diolah dijadikan air siap minum bagi kawasan industri di Pantura.
Wakil Rektor Undip, Wijayanto bilang, desalinasi bukan sekadar teori kampus. Teknologi ini sudah dipakai di berbagai daerah, bahkan oleh BNPB.
Dia ingin inovasi Undip benar-benar berdampak. Bukan cuma berhenti di penelitian.
Dari sisi teknis, Prof. I Nyoman Widiasa, pakar desalinasi Undip, menjelaskan kolam retensi di Demak dan sekitarnya selama ini cuma jadi tempat penampungan air rob dan hujan.
Padahal, air payau ringan di sana bisa diolah. Kalau dimanfaatkan, kolam retensi bukan cuma mengurangi banjir tapi juga jadi sumber air untuk kawasan industri.
Sehingga, desalinasi punya fungsi ganda. “Menyediakan air minum sekaligus dapat mengurangi rob dan banjir,” katanya dalam diskusi di FISIP Undip, Rabu (29/10/2025).
Ptogram desalinasi ini bisa menjadi bagian dari penangangan rob dan banjir secara holistik selain dengan giant sea wall dan program lain.
Gagasan itu langsung disambut PT Tirta Utama Jawa Tengah. Perusahaan ini punya pengalaman mengelola SPAM di Solo Raya yang tantangan cukup kompleks.
Direktur Utamanya, Aji Setya Budi, menyatakan siap menjadi pionir membangun fasilitas desalinasi skala besar di Pantura.
Potensinya besar. “Air dari kolam retensi bisa disalurkan ke kawasan industri bahkan sampai Kudus,” ujarnya.
Dia mengklaim, secara ekonomi, hitungannya juga masuk akal. Artinya, di atas kertas, potensi desalinasi tersebut cukup menjanjikan.
Program desalinasi skala kecil sebenarnya sudah berjapan di beberapa daerah. Di antaranya di Pekalongan, Brebes, dan Demak.
Tapi kalau desalinasi skala besar tentu tantangannya beda. Apakah ide ini bakal benar-benar diwujudkan? Atau cuma jadi wacana manis yang tenggelam pas musim hujan datang lagi? (bae)


