BACAAJA, GOMBONG – Suasana SMP Muhammadiyah 1 Gombong tiba-tiba riuh saat empat tamu asing turun dari mobil. Bukan artis K-Pop, tapi empat mahasiswa internasional dari Myanmar, Pakistan, Zimbabwe, dan Sudan yang datang untuk berbagi pengalaman lewat program Cross-Cultural Learning bareng siswa.
Kegiatan ini jadi bagian dari International Class Program (ICP), program keren milik sekolah yang memang fokus biar siswa punya wawasan global dan pede ngomong bahasa asing.
Empat WNA itu adalah Phyu Sin Yadanar Thein dari Myanmar, Ayesha Sohail dari Pakistan, Sinqobile Amanda Ndhlovu dari Zimbabwe, dan Mohamed Abo Alhassan Esmail Ishag dari Sudan. Mereka semua kuliah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Begitu sampai di sekolah, mereka langsung disambut meriah kayak tamu kehormatan — siswa-siswi langsung ngerubung buat foto bareng dan nyapa pakai bahasa Inggris.
Acara dibuka dengan sambutan dari kepala sekolah yang ngajak siswa biar makin terbuka sama budaya lain dan nggak takut buat belajar dari dunia luar. “Pembelajaran lintas budaya itu penting banget supaya anak-anak bisa tumbuh jadi generasi yang terbuka dan toleran,” katanya.
Masuk ke sesi Talk Show, para tamu dari empat negara itu gantian cerita soal budaya, makanan khas, sampai kebiasaan di negaranya masing-masing. Banyak siswa yang antusias nanya-nanya, mulai dari sistem sekolah sampai bagaimana mereka belajar bahasa Inggris.
Phyu dari Myanmar bahkan sempat bilang kalau dia kagum banget sama semangat siswa di Gombong. “Mereka aktif dan penasaran, terus berani ngomong bahasa Inggris walau belum lancar. Itu keren banget,” ujarnya dengan senyum lebar.
Nggak cuma talk show, para tamu juga keliling kelas buat lihat langsung proses belajar bahasa Inggris dan Arab di ICP. Mereka bilang kalau metode pengajarannya kreatif dan seru, jauh dari kesan membosankan.
Uni Atribrata, koordinator ICP, menjelaskan kalau kegiatan ini rutin digelar buat ngasih pengalaman langsung ke siswa. “Tujuannya biar mereka terbiasa ngobrol sama orang asing, biar nanti kalau ketemu situasi internasional, nggak kagok lagi,” ujarnya.
Serunya lagi, program ini nggak berhenti di sini. Tahun 2026 nanti, sekolah udah nyiapin International Exposure ke Jepang. Jadi, siswa nggak cuma belajar teori, tapi juga bisa ngerasain langsung suasana global di luar negeri.
Kepala Sekolah Muslih menegaskan kalau program semacam ini bagian dari misi besar sekolah buat nyiapin generasi siap bersaing secara global. “Kami pengen anak-anak punya karakter Islami, tapi juga bisa bersaing di dunia internasional,” tuturnya.
Dengan adanya kunjungan empat mahasiswa asing ini, suasana sekolah jadi makin hidup dan inspiratif. Banyak siswa yang ngaku termotivasi buat lebih rajin belajar bahasa asing dan nggak malu buat tampil percaya diri di depan orang luar.
Lewat momen ini, SMP Muhammadiyah 1 Gombong buktiin kalau sekolah di daerah pun bisa punya vibe internasional, asal ada semangat buat terus berkembang.
Di akhir acara, para tamu dan siswa foto bareng sambil tertawa lepas. Bendera empat negara dikibarkan kecil-kecilan di halaman sekolah, menandakan semangat persahabatan tanpa batas.
Kegiatan sederhana, tapi dampaknya luar biasa — bikin siswa sadar kalau dunia itu luas banget dan belajar bisa datang dari mana aja.
Dengan semangat global dan karakter Islami, SMP Muhammadiyah 1 Gombong siap melangkah jadi sekolah yang nggak cuma unggul di akademik, tapi juga berkelas dunia. (*)