BACAAJA – Akhirnya terjadi juga! Untuk pertama kalinya dalam sejarah, listrik dari energi terbarukan (EBT) kayak tenaga matahari dan angin ngalahin listrik dari batu bara di seluruh dunia.
Menurut laporan lembaga riset energi Ember, pembangkit tenaga surya dan angin berhasil nyumbang 5.072 TWh listrik global sepanjang Januari–Juni 2025. Sementara si batu bara cuma 4.896 TWh.
Yup, ini momen yang disebut analis senior Ember, Małgorzata Wiatros-Motyka, sebagai turning point alias titik balik besar dalam transisi energi dunia.
Katanya, sekarang pertumbuhan listrik dari energi terbarukan makin ngebut —bahkan udah bisa ngejar kenaikan permintaan listrik global yang naik 2,6% (sekitar 369 TWh) di paruh pertama 2025.
Tambahan pasokan dari surya (306 TWh) dan angin (97 TWh) aja udah lebih dari cukup buat nutup lonjakan itu.
Yang jadi bintang utama? Gak lain China dan India.
Di China, negara dengan konsumsi listrik paling gede di dunia, listrik dari bahan bakar fosil malah turun 2%. Tapi pembangkit dari surya naik 43%, dan angin tumbuh 16%!
India juga gak mau kalah: tenaga surya naik 31%, angin 29%, dan pemakaian batu bara plus gas berhasil ditekan 3,1%.
Tapi, di sisi lain, tren di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa malah kebalik.
Produksi listrik dari energi fosil di sana justru naik, karena pembangkit angin dan air lagi seret.
Di AS, batu bara naik 17% (padahal gas turun 3,9%).
Di Eropa, pembangkit gas naik 14%, batu bara 1,1%.
Sebagian pengamat bilang, ini juga gara-gara arah kebijakan energi yang beda banget.
Presiden Donald Trump, misalnya, dikenal skeptis soal isu perubahan iklim. Setelah naik jabatan, dia langsung teken perintah eksekutif buat dorong produksi batu bara lagi dan kasih jalan lebar buat pembangkit berbahan fosil.
Jadi walau dunia udah mulai “move on” dari energi kotor, ternyata masih banyak yang belum siap lepas sepenuhnya. Tapi hey langkah awalnya udah keren banget. (*)