BACAAJA, BATANG- Buang sampah sembarangan? Duh, itu sih udah ketinggalan zaman. Warga Desa Tersono, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang sekarang punya cara kece biar sampah nggak jadi beban.
Caranya? Bikin Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dan Terintegrasi (TPSTT) “Bumi Hijau” yang baru aja diresmikan langsung sama Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, Senin (6/10).
TPSTT ini berdiri di atas lahan 7.000 meter persegi, melayani tujuh desa plus tiga pasar besar di sekitar Tersono. Uniknya, pengelolaannya bener-bener mandiri. Sampah organik diolah jadi pakan maggot dan pupuk kompos dalam hitungan dua minggu, sementara plastik dihancurin pakai incinerator mini berbasis teknologi hidrogen yang hemat bahan bakar.
Kepala Desa Tersono, Abdul Mukti cerita kalau program ini udah jalan 2-3 bulan terakhir. Warganya juga ikut andil penuh. “Setiap rumah iuran Rp15 ribu per bulan, sampah diangkut dua kali seminggu. Awalnya ada mahasiswa KKN yang bantu sosialisasi, jadi sekarang warga makin terbiasa memilah sampah,” jelasnya.
Hasilnya? Sampah organik bisa dipakai buat pakan maggot atau pupuk alami, sedangkan plastik siap dikirim buat daur ulang. Ada juga rencana bikin produk kreatif, mulai dari vas bunga sampai sandal. Tin, salah satu warga Tersono, ngaku seneng banget. “Lingkungan jadi lebih bersih, udara segar. Iurannya murah, tapi manfaatnya besar,” katanya.
Role Model
Bupati Batang, Faiz Kurniawan, kasih jempol buat inisiatif warga Tersono. Katanya, desa ini bisa jadi role model pengelolaan sampah mandiri di tingkat lokal. Apalagi, Batang lagi bersiap hadapi ledakan industri besar-besaran. “Tahun 2027-2028 nanti ada sekitar 32 pabrik beroperasi penuh di Batang Industrial Park. Dampaknya, jumlah sampah pasti naik. Jadi kita harus siap dari sekarang,” tegasnya.
Nah, dukungan juga datang dari Pemprov Jateng lewat rencana pembangunan TPST regional di Gringsing dengan kapasitas 100 ton per hari. Harapannya, desa-desa lain bisa belajar dari Tersono biar nggak keteteran.
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi pun nggak kalah bangga. Menurutnya, langkah Tersono bukti nyata kalau sampah bisa jadi peluang, bukan masalah. “Kalau semua desa ngikutin jejak Tersono, beban TPA bakal jauh berkurang. Apalagi target nasional 2029 itu Indonesia bebas TPA open dumping. Jadi harus gerak cepat,” ujarnya.
Nggak cuma itu, Luthfi bilang TPSTT “Bumi Hijau” juga ngasih efek domino buat ekonomi warga. UMKM bisa berkembang, lingkungan makin sehat, desa makin mandiri. “Ini bukti program lingkungan bisa ngasih cuan. Semoga Tersono jadi inspirasi buat desa-desa lain,” tutupnya. (*)