BACAAJA, SEMARANG- Masalah sampah di Kota Semarang tak pernah rampung. TPA Jatibarang sudah megap-megap. Sejak 1992 jadi tempat buang sampah, sekarang kondisinya overload.
Pemkot Semarang sebenarnya sudah nyoba beberapa strategi. Tapi belum ada yang benar-benar mampu atasi sampah kota yang kini tembus 1.000-1.200 ton per hari.
Kalau kita flashback, tahun 2019, pemerintah nyoba manfaatin timbunan sampah untuk produksi gas metana. Nama proyeknya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
PLTSa masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Kota Semarang menjadi salah satu dari 12 daerah yang terpilih jadi pilot project pengelolaan sampah jadi energi listrik.
Pembangunan PLTSa Jatibarang memakan dana Rp45 miliar. Tapi proyek itu nggak berjalan sesuai target. Puncaknya, PLTSa mangkrak sejak 2021. Nggak ada aktivitas, nggak ada listrik. Pemkot pun diam seribu bahasa.
Alih-alih evaluasi, Pemkot sekarang jualan wacana baru: bikin Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Jika PLTSa pakai metode timbun sampah dan diambil gas metanya, PSEL ini metodenya langsung bakar sampah pakai insinerator.
Dalam situs resminya pada 22 Maret 2022, Pemkot Semarang nyebut, PSEL dengan nilai investasi triliunan rupiah itu rencananya mulai dibangun 2023 dan bisa beroperasi pada 2024.
Namun, kenyataan bicara lain. Hingga saat ini PSEL belum beroperasi. Menurut informasi https://lelangpsel.semarangkota.go.id/, proyek PSEL baru masuk tahap lelang buat nyari badan usaha yang bakal jadi pelaksana. Hasil prakualifikasi akan diumumkan akhir September 2025. Masih mengacu pada info lelang, nilai perkiraan proyek PSEL mencapai Rp2 triliun.
Masih Jauh
Sekretaris Bappeda Kota Semarang, M Luthfi Eko Nugroho mengatakan, PSEL prosesnya masih jauh. “Harapannya awal 2026 proses pengadaan selesai, langsung lanjut ke konstruksi. Cuma ya masih ada tahapan kayak masa sanggah, inspeksi pusat, dan pendampingan,” jelas Luthfi, Rabu (24/9).
Deputi Manager Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, Nur Colis menilai selama ini Pemkot Semarang gagal mengelola sampah. Proyek PLTSa dengan teknologi landfill gas berujung mangkrak, tapi ganti dengan nama baru PSEL.
Colis pun menyangsikan apakah PSEL akan sukses atau bernasib sama. “Pantauan kami, proyek PSEL mundur jauh dari target. Bahkan sekarang masih tahap lelang,” ujar Colis, Kamis (25/9).
Secara kelembagaan, Walhi Jateng juga tidak sepakat dengan PSEL yang menggunakan teknologi Moving Grate Incineration (MGI) atau pembakaran sampah. Sebab, metode itu akan memunculkan masalah baru. “Kami sudah lama mengkritik itu, dan secara terbuka kami sampaikan dalam berbagai forum,” jelasnya. (bae)