BACAAJA, SEMARANG – Kalau biasanya pesan burjo lewat WhatsApp cuma ditanya, “Mie goreng satu, jangan pedes, sama es teh anget,” sekarang siap-siap aja: bisa jadi ada polisi yang ikut baca. Bukan buat ikut mesen, tapi karena Polda Jateng lagi getol patroli siber usai demo besar-besaran kemarin.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, bilang patroli ini difokuskan ke media sosial. Katanya, karena di platform itu banyak unggahan yang berpotensi provokatif.
“Kami fokus patroli siber selepas aksi massa beberapa hari ini,” ujarnya, Selasa (2/9/2025).
Artanto juga kasih contoh “status berbahaya” yang bisa bikin masuk kategori pelanggaran. Misal ada komentar atau postingan dengan kalimat seperti ‘bro atau lur kantor polisi Mapolda kosong, ayo gerak diserbu, ini orangnya pada tidur’.
“Ini berarti masuk kategori ajakan untuk melakukan kekerasan atau penyerangan, atau tindakan pelanggaran hukum,” jelasnya.
Medsos yang dibidik terutama TikTok. Selain itu, Grup WhatsApp pun ikut dipantau karena dianggap rawan jadi sarang pesan provokatif.
“Tentunya juga WhatsApp, semua media sosial,” tambah Artanto. Jadi hati-hati, chat isengmu bisa aja nyangkut di radar.
Data Polda Jateng mencatat sejak 29 Agustus sampai 1 September 2025, total 1.747 orang ditangkap. Dari jumlah itu, 1.058 masih usia anak-anak.
Dirreskrimum Polda Jateng, Kombes Pol Dwi Subagio, bilang mayoritas anak-anak ini ikut demo karena pengaruh medsos.
“Rata-rata mereka terpengaruh ajakan dari media sosial,” katanya.
Makanya sekarang Direktorat Siber sibuk ngebongkar akun-akun yang diduga nyebar ajakan. (bae)