BACAAJA, ACEH – Kalau dengar kata giok, bayangan kita biasanya langsung melayang ke gelang kinclong yang memantulkan cahaya lampu toko perhiasan atau cincin hijau yang bikin tangan terlihat berwibawa. Namun di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, giok bukan sekadar aksesoris. Batu hijau mewah ini bersiap mengukir sejarah dan menjadi bagian penting dari bangunan suci yang akan membanggakan daerah bahkan negeri.
Di Kecamatan Beutong, pemerintah setempat menemukan cadangan batu giok dengan estimasi berat mencapai 5.000 ton. Angka yang bikin alis terangkat karena bukan cuma besar, tapi super besar. Seakan bumi menyimpan hadiah mewah yang baru waktunya muncul ke permukaan.
“Semua giok ini akan kita kelola untuk kepentingan warga dan kemaslahatan umat,” kata Bupati Nagan Raya, Teuku Raja Keumangan, sambil membagikan kabar bahagia ini kepada masyarakat.
Yang makin bikin kagum, lokasi temuannya nggak jauh dari titik sebelumnya. Bumi Beutong seolah menyiapkan episode lanjutan yang lebih spektakuler. Kalau penemuan lalu bikin geger, kali ini terasa seperti bonus level yang bikin semua makin sumringah.
Rencana besarnya sudah jelas. Pasokan batu giok itu akan dipakai untuk menyempurnakan pembangunan Masjid Giok Aceh atau secara resmi bernama Masjid Agung Baitul ‘Ala. Julukan Masjid Giok nempel karena dinding luar hingga bagian dalam masjid didesain memakai giok asli. Hasilnya bukan cuma bangunan megah, tapi juga elegan dengan setiap potongan batu menyimpan kisah dari tanah kelahirannya.
Dengan tambahan cadangan hijau berkilau itu, harapan untuk merampungkan pembangunan masjid semakin tumbuh besar. Warga Nagan Raya tak sabar menantikan rumah ibadah itu berdiri sempurna sebagai ikon dunia yang lahir dari kekayaan alam sendiri.
Temuan ini mengingatkan bahwa karunia Tuhan bisa hadir dalam bentuk apa saja, bahkan berupa bebatuan berharga di perut bumi. Tugas manusialah mengelolanya agar menjadi berkah bagi banyak orang, bukan hanya sekadar pajangan.
Kelak, ketika kamu punya kesempatan mengunjungi Aceh, mungkin kamu bisa mampir ke sana. Menyentuh dinding masjid yang berlapis giok, merasakan dinginnya batu namun hangat maknanya bagi masyarakat.
Masjid Giok berdiri sebagai bukti bahwa keindahan alam dan ibadah bisa menyatu dalam cahaya yang sama, memantulkan spiritualitas seterang pantulan giok di bawah matahari. (*)


