BACAAJA, SEMARANG – Gen Z lulusan kampus hari ini ibarat generasi ngambang: terlalu terdidik buat kerja kasar, tapi kurang terampil buat kerja praktis.
Dampaknya, mereka stuck nunggu lowongan yang ideal, sementara realita terus berjalan, tak sesuai yang mereka idamkan. Merekapun masuk barisan pengangguran.
Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), justru lulusan perguruan tinggi alias para sarjana lah yang lagi rame-ramenya ngantri di daftar pengangguran.
Data BPS menunjukkan, anak muda usia 15–24 tahun alias Gen Z punya tingkat pengangguran 16,16%. Bandingin aja sama usia 25–59 tahun yang cuma 3,04%.
Yang bikin agak ironis, proporsi pengangguran dari lulusan D4/S1 ke atas naik jadi 13,89% per Februari 2025. Padahal setahun sebelumnya masih 12,12%. Naiknya pelan-pelan, tapi konsisten.
Alias, makin banyak sarjana yang bukannya nyelip ke kantor idaman, malah masuk barisan panjang pelamar kerja yang “ditunggu kabarnya via email HRD”.
Secara total, lulusan SMA masih mendominasi pengangguran dengan 28,01%, disusul SMK 22,37%. Tapi tren mereka justru turun dibanding tahun lalu.
Kontras banget sama para fresh graduate perguruan tinggi yang justru makin meramaikan statistik pengangguran. Jadi bisa dibilang, sekarang “nganggur berijazah S1” itu bukan hal langka.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan itu. Pertama, kerjaan yang sesuai jurusan makin dikit, sedangkan yang dibutuhkan perusahaan lebih ke skill praktis.
Kedua, pekerjaan entry-level makin terbatas. Jadi bukan cuma soal ijazah, tapi soal siapa yang lebih cepat adaptasi sama dunia kerja.
Sekarang gelar udah bukan jaminan apa-apa. Yang menentukan ya skill dan kemampuan beradaptasi. (*)