Bacaaja.coBacaaja.coBacaaja.co
  • Info
    • Politik
      • Daerah
      • Nasional
    • Ekonomi
      • Sirkular
    • Hukum
    • Pendidikan
    • Olahraga
      • Sepak Bola
  • Unik
    • Kerjo Aneh-aneh
    • Tips
    • Viral
  • Opini
  • Tumbuh
Reading: Gara-gara Dedi Mulyadi? Sekolah Swasta di Purwakarta Terancam Sepi, Efek Kebijakan Kuota Rombel di Sekolah Negeri
Bacaaja.coBacaaja.co
Follow US
  • Info
  • Unik
  • Opini
  • Tumbuh
© 2025 Bacaaja.co
Unik

Gara-gara Dedi Mulyadi? Sekolah Swasta di Purwakarta Terancam Sepi, Efek Kebijakan Kuota Rombel di Sekolah Negeri

Jika dibiarkan tanpa intervensi, bukan tak mungkin sekolah-sekolah swasta akan berguguran satu per satu, meninggalkan banyak guru dan tenaga pendidikan tanpa kepastian.

Nugroho P.
Last updated: Juli 7, 2025 6:37 pm
By Nugroho P.
4 Min Read
Share
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
SHARE

NARAKITA, PURWAKARTA – Sejumlah sekolah swasta di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, tengah menghadapi masa sulit. Minimnya jumlah pendaftar siswa baru tahun ajaran 2025/2026 memicu kekhawatiran para pengelola lembaga pendidikan non-negeri.

Salah satu penyebab yang disebut turut memicu krisis ini adalah kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang memperbolehkan sekolah negeri menerima hingga 50 siswa dalam satu rombongan belajar (rombel). Kebijakan ini dianggap berdampak langsung pada turunnya minat calon siswa untuk masuk ke sekolah swasta.

Dampak nyata dirasakan oleh dua sekolah di bawah naungan Yayasan Yasri, yakni SMK Bina Budi dan SMK Farmasi. Sampai sepekan menjelang dimulainya tahun ajaran baru, jumlah pendaftar di dua sekolah ini sangat minim.

“SMK Bina Budi hanya mencatat tujuh pendaftar baru, sementara SMK Farmasi mendapatkan tiga belas,” ujar Ketua Yayasan Yasri, Agus Muharam, saat ditemui pada Senin (7/7/2025).

Jumlah itu menandai penurunan drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Padahal, SMK Bina Budi dulu sempat mengelola hingga sepuluh kelas aktif. Kini, hanya tersisa tiga kelas dari kelas 10 hingga kelas 12, dengan total siswa aktif sebanyak 36 orang.

Agus menilai tren ini sebagai sinyal bahaya bagi eksistensi sekolah swasta. Terlebih, dengan pemasukan yang terbatas akibat sepinya siswa, pihak sekolah kesulitan menutup kebutuhan operasional harian.

“Kami tetap berusaha bertahan. Tapi realitanya, tanpa cukup jumlah murid, kami kesulitan membayar gaji guru dan staf. Kalau dibiarkan, ini bisa menghentikan roda pendidikan di sekolah swasta,” jelas Agus.

Ia berharap kebijakan kuota siswa di sekolah negeri tidak diterapkan secara merata tanpa mempertimbangkan daya tampung wilayah dan keberadaan sekolah swasta di sekitarnya. Menurutnya, perlu ada regulasi yang lebih adil dan kolaboratif.

“Kita tidak bisa pungkiri, sekolah negeri memang jadi pilihan utama masyarakat. Tapi bukan berarti sekolah swasta ditinggalkan begitu saja,” tegas Agus.

Kondisi ini menimbulkan dilema tersendiri, karena sekolah swasta selama ini juga berperan besar dalam menyediakan akses pendidikan bagi masyarakat, terutama di wilayah dengan keterbatasan kapasitas sekolah negeri.

Agus mengajak pemerintah daerah dan provinsi untuk duduk bersama mencari solusi yang saling menguntungkan. Salah satu alternatifnya adalah pembatasan kuota rombel di sekolah negeri atau subsidi operasional bagi sekolah swasta yang kekurangan siswa.

“Kalau semua siswa diarahkan ke sekolah negeri, maka keberadaan sekolah swasta akan pelan-pelan tergerus,” tambahnya.

Keluhan ini juga bukan hanya dirasakan di Purwakarta. Di berbagai daerah, keluhan serupa mulai bermunculan, terutama dari yayasan kecil yang tidak memiliki banyak sumber daya untuk bersaing secara terbuka dengan sekolah negeri.

Agus menekankan pentingnya pemerataan dalam dunia pendidikan. Menurutnya, mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya tanggung jawab sekolah negeri saja, tetapi juga sekolah swasta yang turut berdedikasi sejak lama.

“Kita ingin pemerintah melihat sekolah swasta sebagai mitra, bukan sekadar pelengkap,” ujarnya.

Kini, Yayasan Yasri dan banyak pengelola sekolah swasta lainnya sedang menanti langkah konkret dari pemerintah. Harapannya, ada penyesuaian regulasi agar tidak terjadi ketimpangan yang semakin besar dalam sistem pendidikan daerah.

Jika dibiarkan tanpa intervensi, bukan tak mungkin sekolah-sekolah swasta akan berguguran satu per satu, meninggalkan banyak guru dan tenaga pendidikan tanpa kepastian. (*)

You Might Also Like

Insights into the Inner Workings of Artificial Intelligence

Gubernur Apresiasi Peran Relawan Tangani Bencana

Outdoor Enthusiasts’ Essentials: Top Gear Picks for Adventure

Polda Jateng: Sebelas Ormas Terindikasi Terlibat Aksi Premanisme

Kasus Bullying PPDS Undip Berdampak Buruk ke Layanan Pasien? Begini Kata Psikolog

TAGGED:dedi mulyadiGubernur Dedi Mulyadipendidikan di jawa baratsekolah negerisekolah swasta sepi
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp
Previous Article Penutupan Meriah Kejurprov Futsal Jateng 2025, Purbalingga Buktikan Diri Sebagai Tuan Rumah Tangguh
Next Article Mbak Ita Geleng-Geleng saat Pegawai Bapenda Buka-bukaan Soal Setoran

Ikuti Kami

FacebookLike
InstagramFollow
TiktokFollow

Must Read

Agustina: Biar Ekonomi Jalan, Seni Jangan Diam

Ilustrasi aksi demosntrasi siswa SMA. (grafis/wahyu)

Siswa SMAN 11 Semarang Demo setelah Upacara, Protes ‘Skandal Smanse’

Ilustrasi pencairan uang BLT.

Begini Cara Ngecek Daftar Penerima BLT Rp900.000, Buruan Cek Ya!

Ilustrasi rekening bank.

Kabar Gembira Nih! BLT Rp900.000 Cair Hari Ini, Kamu Dapet Nggak?

Ilustrasi mobil SPPG tertemper kereta api. (grafis/wahyu).

Kronologi Mobil SPPG di Purworejo Tertabrak Kereta, Dua Orang Tewas

- Advertisement -
Ad image

You Might Also Like

Unik

Rekaman CCTV Ungkap Aktivitas Terakhir Diplomat Kemlu Sebelum Ditemukan Tewas di Kos Menteng

Juli 12, 2025
Pimpinan DPR RI diwakili oleh Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Cucun Ahmad Syamsurijal dan Saan Mustofa, Rabu (3/9/2025) menggelar jumpa pers usai ketemu dengan 16 eprwakilan organisasi mahasiswa. Foto: dok/ist
Unik

Seru! DPR Ajak 16 Organisasi Mahasiswa Ngobrol Bareng soal Aksi Demo Agustus 2025

September 3, 2025
Ketua DPP PDI-P Puan Maharani dirangkul kakaknya Prananda Prabowo dan digandeng Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat jalan menuju ruang bimbingan teknis anggota Fraksi PDI-P se-Indonesia di Bali, Rabu (30/7/2025). Foto:dok
Unik

Puan Maharani di Tengah. Penerus Ketum PDI Perjuangan?

Juli 31, 2025
Unik

Inspirasi Teras Rumah Bata Merah 2025: Klasik, Hangat, dan Tetap Kekinian

September 6, 2025
  • Kode Etik Jurnalis
  • Redaksi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
  • Tentang Kami
  • Kaidah Mengirim Esai dan Opini
Reading: Gara-gara Dedi Mulyadi? Sekolah Swasta di Purwakarta Terancam Sepi, Efek Kebijakan Kuota Rombel di Sekolah Negeri
© Bacaaja.co 2025
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?