BACAAJA, BANJARNEGARA – Sebuah video berdurasi kurang dari semenit bikin geger Banjarnegara. Dua pelajar SMP terekam adu jotos di belakang gedung sekolah. Kejadian yang berlangsung di SMP Negeri 1 Rakit itu langsung jadi bahan omongan setelah videonya viral di media sosial.
Dalam video yang beredar luas, dua siswa tampak saling memukul tanpa ada yang berusaha melerai. Beberapa teman justru asyik menonton dan merekam pakai ponsel. Aksi ini pun cepat menyebar di berbagai platform, dari grup WhatsApp sampai TikTok.
Dari kabar yang beredar, perkelahian itu dipicu hal sepele. Salah satu siswa tersinggung karena fotonya saat nongkrong bareng beberapa siswi diunggah ke grup WhatsApp kelas. Gara-gara itu, emosi terpancing dan keduanya pun baku hantam.
Setelah video viral, pihak sekolah langsung turun tangan. Kedua siswa dan orang tua masing-masing dipanggil untuk dimediasi. Untungnya, semuanya bisa diselesaikan secara damai tanpa harus berurusan dengan hukum.
“Kami langsung tangani, dan alhamdulillah semuanya sudah saling memaafkan,” kata Wakil Kepala SMPN 1 Rakit, Arif Munandar.
Arif menjelaskan, tidak ada korban luka serius dalam insiden itu, tapi pihak sekolah tetap memberi pembinaan dan peringatan keras. “Ini jadi pelajaran penting bagi kami untuk memperkuat pendidikan karakter dan pengawasan di sekolah,” tambahnya.
Pihak sekolah juga menegur para siswa lain yang cuma menonton dan merekam kejadian itu. Tujuannya agar mereka belajar lebih bijak dalam bermedia sosial dan tidak menjadikan kekerasan sebagai tontonan.
Menurut Arif, semua masalah bisa selesai kalau komunikasi berjalan baik. “Jangan gampang tersinggung, apalagi sampai main tangan. Selesaikan dengan kepala dingin,” ujarnya.
Namun bukan cuma sekolah yang turun tangan. Polisi juga ikut memastikan situasi terkendali. Menurut Kapolsek Rakit, AKP Satimin, pihaknya sudah mengklarifikasi kejadian itu bersama pihak sekolah.
“Dari hasil klarifikasi, diketahui peristiwa tersebut terjadi di SMP Negeri 1 Rakit pada Senin (14/10/2025). Pihak sekolah telah memediasi kedua siswa yang terlibat dengan menghadirkan orang tua masing-masing, wali kelas, dan guru bimbingan konseling (BK). Kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan di lingkungan sekolah,” kata AKP Satimin, Kamis (16/10/2025).
AKP Satimin juga menegaskan pentingnya peran sekolah dan orang tua dalam mendidik siswa agar tidak mudah terprovokasi dan menghindari kekerasan. “Kami mengimbau kepada seluruh pelajar agar bijak dalam bermedia sosial dan mengedepankan penyelesaian masalah secara baik dan damai,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Rakit Banjarnegara, Siswanto, juga membenarkan peristiwa tersebut. “Iya betul, itu kejadian di SMPN 1 Rakit, dan sudah diselesaikan. Kami telah melakukan mediasi antara sekolah, anak, dan orang tua. Semua sudah saling menyadari, memahami, dan memaafkan,” ujarnya.
Siswanto menambahkan, kejadian itu jadi bahan evaluasi bagi sekolah. “Kami minta anak-anak tidak mudah terpancing. Media sosial bisa jadi sumber masalah kalau tidak digunakan dengan bijak,” katanya.
Sekolah pun menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Banjarnegara atas viralnya video tersebut. Mereka berkomitmen memperketat pengawasan dan memperkuat pendidikan karakter di lingkungan sekolah.
Kasus ini juga memantik perhatian banyak pihak, terutama orang tua. Banyak yang menyoroti efek penggunaan ponsel di sekolah yang makin sulit dikontrol.
Beberapa warganet ikut berkomentar, menilai kejadian itu sebagai cermin lemahnya kontrol emosi di kalangan pelajar. Ada juga yang menyayangkan sikap teman-teman yang hanya menonton tanpa berusaha melerai.
Kini, setelah semua pihak saling memaafkan, suasana di SMPN 1 Rakit kembali kondusif. Para guru pun berjanji menjadikan peristiwa ini sebagai bahan pembelajaran bersama.
“Yang penting sekarang, semuanya sudah baikan. Kami ingin anak-anak lebih dewasa dalam menyelesaikan masalah,” tutup Siswanto.
Kejadian ini mungkin sepele, tapi efeknya cukup besar. Dari satu video pendek, banyak yang akhirnya sadar bahwa emosi sesaat bisa berubah jadi viral dan mempermalukan banyak pihak.
Pesannya sederhana: tahan emosi, jaga jari, dan kalau ada masalah—selesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan tangan yang panas. (*)