BACAAJA, PATI– Jadi wartawan di Pati rupanya butuh nyali setara satpam konser. Kamis (4/9/2025), dua jurnalis yang lagi liputan di DPRD Pati malah dapat dorongan fisik dari oknum pengawal Ketua Dewan Pengawas (Dewas) RSUD Soewondo, Torang Manurung.
Satu wartawan sampai jatuh, satu lagi terdorong. Alih-alih dapat klarifikasi, yang didapat justru “pelajaran olahraga.”
Kronologinya, Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket DPRD sedang membahas isu pemakzulan Bupati Pati, Sudewo. Dewas RSUD Soewondo dipanggil untuk kasih keterangan soal kebijakan kontroversial, termasuk PHK massal 220 honorer.
Tapi belum rampung rapat, Torang Manurung malah walk out. Wartawan yang mau doorstop di pintu utama DPRD jadi sasaran emosi pengawalnya.
Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Muria Raya langsung angkat suara. Ketua IJTI, Iwhan Miftakhudin, mengutuk dan mengecam aksi kekerasan yang dilakukan oknum pengawal dewas RSUD Soewondo Pati kepada para jurnalis di wilayah Pati.
“Mendesak kepada aparat kepolisian wilayah Pati agar menyelidiki dan memeriksa oknum pengawal yang sudah melakukan aksi kekerasan terhadap jurnalis di Pati,” ucapnya.
IJTI juga mengingatkan, melakukan intimidasi, kekerasan atau menghalang-halangi kerja jurnalistik adalah tindakan pidana sebagaimana tertuang dalam UU Pers No 40 Tahun 1999.
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Pati ikut mengecam. Ketua PWI Pati, Moch Noor Effendi, bilang, praktik kekerasan atas nama dan dalam bentuk apa pun tidak dibenarkan secara hukum.
Aksi oknum pengiring Ketua Dewas RSUD Soewondo Torang Manurung mencederai kemerdekaan pers. PWI menuntut permintaan maaf terbuka dari Torang dan pengawalnya. Kalau tidak, jalur hukum siap ditempuh.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang juga tidak tinggal diam. Ia mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap jurnalis di DPRD Pati. “Tindakan itu tidak bisa ditoleransi karena melanggar hukum dan merusak prinsip demokrasi,” tegasnya.
Tiga organisasi ini kompak mengingatkan: wartawan itu kerja bawa pena dan kamera, bukan perisai. Kalau pejabat dan pengawalnya alergi ditanya, seharusnya cukup jawab normatif, bukannya malah bikin wartawan jatuh ke lantai. Demokrasi itu dijaga dengan argumen, bukan otot. *bae